Indovoices.com –Vaksin Nusantara yang digagas eks Menkes Terawan Agus Putranto mendapat respons beragam. Yang mendukung dari pimpinan MPR hingga Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, tapi ada juga ahli-ahli yang menyampaikan kritik dan masukan.
Sejumlah klaim sudah disampaikan baik dari peneliti maupun Terawan. Dari soal pembuatannya yang simpel, murah, hingga aman untuk orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Namun hal tersebut belum terbukti sebelum BPOM sebagai pemegang otoritas obat-obatan memberikan lampu hijau. Saat ini mereka masih mengevaluasi calon vaksin corona tersebut.
“Kita mengawal proses uji klinisnya. Saat ini masih masuk uji klinis fase I. Proses tahap I sudah selesai dilaksanakan, saat ini BPOM dalam proses evaluasi data-data yang disampaikan,” kata Kepala Subdirektorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus BPOM Siti Asfijah Abdoellah.
Siti menyampaikan hal itu dalam diskusi virtual “Telisik Sebelum Disuntik: Mengawal Program Vaksinasi COVID-19” di channel Youtube change.org Indonesia, dikutip Jumat (19/2).
Vaksin Nusantara yang berbasis sel dendritik ini mulai dikembangkan pada September 2020. Namun, penetapan tim penelitian uji klinis vaksin ini dilakukan pada 12 Oktober atau 2 bulan sebelum Terawan direshuffle dari kabinet.
Sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun. Satu vaksin hanya diperuntukkan pada satu orang atau bersifat personalisasi. Dengan demikian, peneliti meyakini vaksin ini aman bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Calon vaksin tersebut digagas saat Terawan masih menjabat sebagai Menkes. Produk ini merupakan kerja sama antara PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP Dr. Kariadi Semarang.
“Uji klinis I yang selesai dengan hasil baik, imunitas baik dan hasil safety [baik]. Kan uji klinis I mengontrol safety dari pasien. Dari 30 pasien, imunogenitasnya baik,” kata Terawan di sela kunjungannya di RSUP Dr Kariadi pada Selasa (16/2).(msn)