Indovoices.com – “Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar, dengan sumber daya alam dan budaya yang beragam. Berdasarkan data Bloomberg, Indonesia memiliki empat dari tujuh komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan baterai lithium, yaitu tembaga, aluminium, nikel dan kobalt,” jelas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Global Manufacturing and Industrial 2020 Virtual Summit dari Jakarta.
Dalam GMIS 2020 yang dilaksanakan oleh Uni Emirat Arab dan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan dihadiri oleh lebih dari 3.000 negara secara virtual, Menko Luhut memaparkan strategi diversifikasi ekonomi Indonesia, dengan berfokus pada pengembangan industri logam.
“Fokus kami saat ini adalah mempertahankan tren positif terkait ekspor besi dan baja yang telah mencapai 7,4 triliun USD pada tahun 2019, serta meningkatkan investasi pada industri logam hilir,” ujarnya.
Melanjutkan, Kemenko Marves juga bertekad untuk terus membangun sumber daya manusia, dengan menyediakan berbagai sekolah kejuruan teknologi di berbagai daerah.
Selain berbicara tentang pengembangan industri logam, Menko Luhut juga menekankan komitmen pemerintah Indonesia terhadap Paris Agreement, dengan mengedepankan langkah-langkah investasi yang ramah lingkungan.
“Selain bermanfaat bagi lingkungan penetapan zona industri khusus ini akan mempermudah investor untuk mengoperasikan pembangkit tenaga listrik, sehingga mengurangi biaya produksi,” papar Menko Luhut.
Sembari menutup pemaparannya, Menko Luhut mengajak para negara GMIS 2020 untuk mendukung pengembangan dan pembangunan Industri Logam Hilir dan Energi Terbarukan dengan berinvestasi di Indonesia, terutama melalui Sovereign Wealth Fund, salah satu inisiatif pemerintah Indonesia untuk mempermudah investasi.(kominfo)