.:: KEARIFAN LOKAL NUSANTARA, SEBERAPA KITA MENGHARGAINYA? ::.
Beberapa hari lalu sempat muncul “keributan” kecil soal Keris 😉
Yg merupakan salah satu senjata canggih di jaman dahulu kala.
Saya bilang keributan kecil,
Karena memang tidak semestinya ditanggapi dg penuh emosi,
Apalagi dg kemarahan yg seakan2 menunjukkan “harga diri yg terkoyak”.
Cukup pahami saja,
Bahwa yg bicara itu tidak mengerti ttg khazanah budaya Indonesia.
Wis,
Ndak usah sampe ribut2,
Yg bikin senewen sendiri 😀😀
Sementara,
Masih buanyak hal yg lebih penting ketimbang meladeni omong kosong,
Yg bikin waktu terbuang sia2 to?? …
—————————-
Bicara ttg Keris,
Adalah bicara ttg khazanah seni budaya,
Yg dimiliki oleh Nusantara.
Sebenarnya,
Senjata yg menjadi ciri khas budaya Nusantara itu,
Bukan hanya Keris semata.
Tapi juga lainnya,
Kujang, carok, mandau,
Termasuk “cundrik”, tusuk konde,
Juga bambu runcing dan ketapel,
Serta banyak lagi lainnya 😂😂
Dan semua itu adalah bentuk kearifan lokal,
Yg dimiliki Nusantara tercinta ini.
Eh,
Selain senjata2 yg kasat mata,
Yg bisa digenggam dg tangan.
Ada juga lo senjata “tak kasat mata” 😀😀
Pelet, teluh,
Dan segala ilmu per”mistik”an lainnya.
Termasuk ajian Jaran Goyang,
Semar Mesem,
Semua itu bila dipegang oleh orang yg “mumpuni”,
Bisa seketika membuat lawan takluk,
Bahkan tunduk kepada kita ☺☺☺
Jika ada yg bilang,
Bahwa “itu kan musyrik” …
Ya karena dia hidup di masa sekarang.
Jaman dulu,
Semua hukum nya sah2 saja dilakukan.
Gak ada yg bilang musryrik,
Apalagi haram 😀😀
Sama hal nya dg anjuran ber qurban di Nusantara.
Itu kan muncul setelah periode Islam masuk ke Indonesia.
Lalu sebelumnya,
Apakah bangsa kita ini tidak pernah ber qurban??
Ya pernah,
Bahkan menjadi agenda tahunan …
Acara2 seperti Bersih Desa,
Atau Labuhan,
Itu salah satu cara masyarakat Nusantara jaman dulu,
Utk ber qurban,
Sekaligus mengucap syukur kepada Tuhan nya.
Karena telah diberikan keberkahan dan kemudahan selama setahun lalu,
Serta memohon kehidupan yg lebih baik lagi di tahun2 yg akan datang 😇😇
Pendek kata,
Segala kebaikan itu sebenarnya sudah diajarkan oleh para leluhur Nusantara,
Namun dg cara yg berbeda.
Seperti Puasa pun,
Leluhur kita sudah mengajarkan kita berpuasa sejak dulu.
Dari mulai puasa “mutih” (hanya makan dan minum segala sesuatu yg berwarna putih – air putih dan nasi tanpa sayur dan lauk pauk),
Sampai puasa “ngebleng” (puasa sehari full – dari pagi hari hingga esok paginya lagi).
Bukan sekedar utk mendapatkan “kekuatan” bagi diri sendiri,
Tapi lebih kepada “mendekatkan diri kepada NYA dan menjauhi segala godaan yg ada”.
Nah,
Jika ada yg sedikit2 bilang “horam harom”,
Coba kau tengok,
Dia lahir tahun berapa?
Atau kau tanya nilai Sejarah di raportnya.
Jangan2 cuma anak kemarin sore,
Yg pipis pun belum lurus 😂😂😂😂
Atau,
Kalau dia memang ber”kiblat” pada budaya “ngarab”,
Yg dianggapnya sebagai budaya paling “berakhlak”.
Mbok sekaliyan suruh dia pindah ke warga negara an saja.
Opo ndak sengsara tinggal di sana?
Gak ada “sego tiwul”,
Gak ada “cenil”, “grontol”, “hawuk2”, “lepet”, “madu mongso”,
Gak ada pete, jengkol,
Bahkan gak ada yg namanya “makan bambu” (rebung) atau “makan paku” (gulai paku) 😂😂😂😂
Nusantara ini luar biasa,
Mbok yaow bisa dinikmati, disyukuri, dan dirasakan aneka ragam Keindahannya … ☺☺☺☺
Kalo di luar,
Mana bisa kalian ketemu hewan yg bernama “buaya darat”?
Adanya cuma “crocodille” dan “alligator” lo 🐊🐊🐊🐊🐊
Pissss 😂😂😂😂😂
Selamat pagi, Nusantara 🇲🇨🇲🇨🇲🇨
Happy weekend,
“coro bule ne ….”
Semoga sehat bregas waras sak kabehane,
Setelah kemarin seharian berbau “wedhus” 🐏🐏🐏
Jangan lupa bahagia seadanya,
Bukan bahagia yg di”ada2″kan yoooo 💕💕💕💕