Indovoices.com-Saya itu sejak kecil menghindar dari mata pelajaran Matematika. Saya suka pengetahuan sosial dan olah raga. Kini saya wali kelas V yang mengajarkan Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengeatahuan Sosial (IPS), bahasa, seni dan lain sebagainya. Demikian kesaksian seorang guru di Dairi ketika pelatihan Olimpiade Sains Nasional (OSN), khususnya bidang studi Matematika. Saya bersyukur ada pelatihan matematika ini untuk membantu saya. Minimal, pengetahuan saya bertambah, tambah ibu guru wali kelas SDN di Dairi ini. Terima kasih kepada Bapak Martogi Siahaan, selaku CEO Auto 2000 yang mendukung pelatihan ini.
Di seluruh Indonesia, kesulitan guru hampir sama. Wali kelas yang harus mengajarkan semua mata pelajaran. Seorang guru yang lulus sarjana jurusan Bahasa Indonesia dipaksa mengajar Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan Seni. Jangankan Matematika, bahasa Indonesia saja saya tak begitu kuasai walaupun saya sarjana Bahasa Indonesia. Matematika SD kelas V tergolong sulit. Pengetahuan IPA dan IPS pun sangat sulit. Dengan kata lain, saya mengajarkan ilmu yang tidak saya mengerti kata seorang guru SD yang lain.
Kami ingin dilatih dengan berbagai pengetahuan agar ada modal kami untuk mengajar. Bagaimana kami mengajarkan Matematika dengan mudah jikalau kami saja ragu bahwa apa yang kami ajarakan belum tentu benar?.
Mengajarkan sebuah topik mudah jika kami menguasai mata pelajaran dengan baik. Kami tidak bisa menjawab jika siswa mempertanyakan apa kegunaan topik ini dalam kehidupan seharihari?. Siswa belajar dari pagi hingga sore, tetapi mereka menerima pelajaran yang guru saja ragu apakah benar atau tidak apa yang diajarkan.
Lalu, bagaimana solusinya?. Solusinya adalah guru harus mendapat pelatihan secara kontinu. Atau, sekolah harus menyiapkan guru yang ahli dibidang masing-masing. Kalaupun sarjana Biologi mengajar Biologi, guru itupun harus memperbarui ilmunya. Supaya guru Biologi mengikuti ilmu Biologi paling mutakhir. Ilmu paling mutakhir itulah diajarkan ke siswa, sehingga tidak membosankan.
Tetapi, menyiapkan guru yang ahli di satu bidang, tidaklah realistis untuk sekarang. Karena itu, paling realistis adalah guru mengikuti pelatihan pelatihan untuk memahami konsep dasar mata pelajaran yang diajarkan.
Wali kelas V itu mengeluh, bagaimana kami bisa bergerak sebab siswa kami kelas V belum lancar perkalian dan pembagian?. Sudah salah dari dasar?. Terpaksa kami kembali ke konsep dasar perkalian dan pembagian. Sejatinya kelas V hal itu sudah beres. Kami lelah mengejar target kurikulum akibat kesalahan dari dasar.
Hal semacam ini membuat siswa stres dan guru juga stres. Inilah akibat salah konsep dasar. Karena itu, kita harus komitmen dari awal agar tidak kesulitan di kelas V. Fakta yang terjadi adalah siswa salah konsep dasar, guru di kelas V jurusan bahasa Indonesia yang menghindari mata pelajaran Matematika sejak kecil. Salah konsep dasar yang dialami siswa belajar matematika menemukan guru yang tidak mengerti matematika di kelas V. Kesulitan lain adalah energinkami habis soal administrasi. Itulah potret dunia pendidikan kita.
*Gurgur Manurung pemerhati pendidikan dan lingkungan