Indovoices.com – Pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi dan pengembangan wisata alam secara lestari di taman nasional, taman wisata alam, taman buru dan taman hutan raya akan menjaga ketahanan ekonomi nasional, dan berkontribusi pada penerimaan negara, serta menyerap banyak tenaga kerja di tengah kinerja ekspor yang kurang memuaskan akibat situasi perang dagang di pasar global.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyatakan akan terus mendorong pengembangan wisata alam sebagai pemanfaatan hutan yang berkelanjutan. “Lokasi-lokasi yang potensial akan dikembangkan demi kesejahteraan dan peningkatan ekonomi masyarakat,” katanya saat mengunjungi jembatan gantung terpanjang se-Asia di Situgunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (12/07/2019).
Usaha wisata alam memberi kontribusi besar terhadap kas negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tahun 2016, PNBP yang disumbang wisata alam di kawasan hutan mencapai Rp136,13 miliar. Jumlahnya mengalami kenaikan menjadi Rp160,16 miliar pada tahun 2017 dan Rp155,3 miliar pada tahun 2018. Untuk tahun 2019, Kementerian LHK menargetkan penerimaan PNBP wisata alam dari hutan konservasi sebesar Rp131,2 miliar dengan realisasi sampai Juni sebesar Rp78,4 miliar.
Kontribusi itu ditunjang oleh kenaikan jumlah pengunjung ke lokasi wisata alam. Tahun 2016 jumlah pengunjung mencapai 8,02 juta wisatawan nusantara (wisnus) dan 448.070 wisatawan mancanegara (wisman). Tahun 2017 jumlah pengunjung mencapai 6,8 juta wisnus dan 452.859 wisman. Sementara pada tahun 2018 pengunjung mencapai 7,3 juta wisnus dan 487.319 wisman.
Menyerap Tenaga Kerja
Selain penerimaan negara yang meningkat, usaha wisata alam juga menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2018 lalu, tenaga kerja langsung yang diserap mencapai 1.575 orang. Jumlah tenaga kerja yang terserap secara tidak langsung jauh lebih besar dari berbagai usaha jasa masyarakat seperti transportasi, kuliner, souvenir dan pemandu wisata.
Menteri Siti mengundang semua pihak yang akan mengembangkan taman nasional, tawan wisata alam dan kawasan konservasi lainnya seperti yang terlaksana di Situgunung.
Kepala Balai Besar TNGGP Wahju Rudianto menjelaskan, jembatan gantung mulai dikembangkan tahun 2017. Saat itu jumlah PNBP yang bisa dihasilkan dari Resort Situgunung hanya sekitar Rp360 juta. Jembatan gantung yang dikenal masyarakat sebagai “Suspension Bridge” kemudian mulai dimanfaatkan pada Oktober 2018. Jumlah PNBP yang disumbang Resort Situgunung, pada Bidang Wilayah II TNGGP kemudian melonjak mencapai Rp2,6 miliar. “Tahun 2019 sampai Juni, jumlah PNBP dari Situgunung sudah mencapai Rp2,9 miliar atau sudah sekitar 80% target tahun 2019,” katanya.
Total PNBP yang disumbangkan Balai Besar TNGGP yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) pada tahun 2018 mencapai Rp6 miliar. Wahju menuturkan, jembatan gantung Situgunung telah menjadi ikon Sukabumi dan viral di sosial media. Pada waktu yang akan datang akan dikembangkan ikon wisata jembatan gantung terpanjang sedunia di wilayah TNGGP yang masuk daerah administrasi Kabupaten Bogor dan wisata air panas di wilayah TNGGP yang masuk daerah administrasi Kabupaten Cianjur.
Pengembangan wisata alam, kata Wahju, berdampak signifikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan “Banyak usaha rakyat yang bergerak seperti transportasi, oleh-oleh dan warung makanan,” katanya (jpp)