Indovoices.com-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan kepada para staf medis di seluruh dunia untuk melakukan tindakan pencegahan dan antisipasi penularan virus corona melalui udara. Langkah tersebut diambil setelah ada studi baru yang menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 dapat bertahan hidup di udara dalam beberapa jam.
COVID-19 diketahui menular melalui tetesan air liur (droplet) dari orang yang terinfeksi melalui bersin atau batuk. Beberapa penelitian menyebut, virus tersebut dapat menempel di benda mati. Namun riset terbaru dari National Institutes of Health (NIH) di AS, bersama Rocky Mountain Laboratories, membuktikan bahwa virus corona juga dapat bertahan di udara.
Studi mereka, yang belum diterbitkan di jurnal ilmiah, menunjukkan bahwa tetesan virus corona dapat bertahan di udara hingga tiga jam setelah keluar melalui batuk oleh pasien yang terinfeksi. Tetesan tersebut hanya berukuran antara 1-5 mikrometer, 30 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia.
Penelitian NIH juga menemukan, bahwa virus corona dapat bertahan 24 jam di atas permukaan kardus dan 2-3 hari di permukaan plastik dan stainless steel. Estimasi ini jauh lebih lama ketimbang laporan Journal of Hospital Infection pada Februari 2020, yang menyebut novel coronavirus tersebut bisa bertahan hidup di benda mati selama 9 hari.
Selain benda mati yang disebutkan tadi, peneliti NIS juga mengatakan bahwa virus corona bisa bertahan lama di gagang pintu, benda yang dilapisi plastik, dan permukaan keras lainnya. Namun, tim ilmuwan menemukan bahwa permukaan tembaga cenderung membunuh SARS-CoV-19 dalam waktu lebih cepat, dengan virus hanya bertahan sekitar empat jam.
Meski dapat bertahan hidup di permukaan, penelitian dari Journal of Hospital Infection menunjukkan bahwa virus corona penyebab penyakit COVID-19 dapat mati dalam satu menit dengan disinfeksi permukaan pakai alkohol 62-71 persen, atau pemutih hidrogen peroksida 0,5 persen, atau pemutih rumah tangga yang mengandung 0,1 persen natrium hipoklorit.
Suhu dan kelembaban juga mempengaruhi masa hidup virus, yang suhu lebih tinggi menyebabkan virus corona mati lebih cepat. Namun, studi dari University of Hong Kong memperlihatkan bahwa suhu yang dibutuhkan untuk menonaktifkan 10.000 partikel virus corona mesti berada di suhu lebih dari 56 derajat celsius selama 15 menit. Suhu tersebut lebih panas daripada mandi air panas, dan cukup berbahaya untuk menyebabkan orang cedera.(msn)