Indovoices.com –Sejumlah warga asal Kecamatan Tehoru dan Yaputih, Kabupaten Maluku Tengah, mengungsi dan memilih tidur di luar rumah mereka malam ini. Hal tersebut dilakukan usai gempa 6 magnitudo mengguncang pulau Seram, Rabu (16/6).
Diketahui, Kecamatan Tehoru merupakan lokasi paling dekat dengan pusat gempa, yakni 6 Km. Kedalaman gempa tersebut yakni 10 Km.
Banyak warga yang membagikan situasi dan kondisi yang mereka alami saat gempa terjadi. Salah satunya melalui laman Facebook pribadi mereka.
Akun dengan nama Ziel Rehalat salah satunya. Dia menyiarkan gambaran situasi warga yang tengah panik dan berlarian akibat guncangan gempa.
Sambil merekam, Ziel mengarahkan warga untuk berlari ke dataran yang lebih tinggi. “Lari ke sana sudah, naik,” kata Ziel dalam video itu sambil menunjuk ke arah hutan.
Tak sedikit warga yang berlarian sambil membawa barang bawaan mereka. Mereka mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena sempat ada imbauan waspada tsunami.
Hingga Rabu malam, warga masih mengungsi di dataran tinggi seperti di Yaputih dan Tehoru serta Dusun Mahu. Terlihat, para warga mendirikan tenda-tenda darurat di pekarangan rumah mau pun di hutan.
Mereka juga menggunakan fasilitas pendidikan seperti bangunan sekolah yang ada di dataran tinggi untuk menginap sementara waktu.
“Belum mau balik rumah Katong (kita) masih tetap di sini karena BMKG kan bilang kalau ada gempa susulan,” kata seorang warga bernama Yusni di lokasi pengungsian yang berlokasi di Madrasah Aliah Tehoru.
Yusni bercerita bahwa ia dan beberapa warga lainnya telah mengungsi sejak pukul 14.00 WIT atau beberapa menit kemudian usai gempa terjadi.
Hingga berita ini ditulis, belum informasi terkait berapa banyak warga yang mengungsi di lokasi pengungsian. Hanya saja menurut Raja Negeri Tehoru, Hud Silawane mengatakan, dari delapan RT yang ada di Negeri Tehoru semuanya saat ini memilih tidur di tenda darurat dan bangunan sekolah yang tersedia ketimbang di dalam rumah.
Hal itu dilakukan karena warga masih merasa takut.
“Sekarang semua masih di sekolah-sekolah dibelakang kampung sana. Ada SD, SMP, sama Madrasah Aliah dan Pesantren,” ucapnya.
Sebelumnya, Ketua BMKG Dwikorita menyatakan bahwa sempat ada kenaikan muka air laut setinggi setengah meter usai gempa 6 magnitudo terjadi. Tsunami kecil itu diakibatkan adanya longsor tebing bawah laut akibat guncangan gempa.
Hingga pukul 14.35 WIB, terjadi 16 gempa susulan di lokasi tersebut. Dwikorita mengimbau kepada warga apabila merasakan gempa yang kuat untuk bisa lari menuju lokasi yang lebih tinggi. Sebab, ada potensi tsunami kembali terjadi akan tetapi bukan bersumber dari tektonik, melainkan longsor bawah laut.