Indovoices.com – Jemaah haji Indonesia yang sakit dan harus dirawat inap di salah satu rumah sakit milik Arab Saudi, dalam proses pengobatannya tidak hanya mengandalkan layanan yang diberikan pihak RS. Ada program visitasi atau kunjungan oleh petugas kesehatan haji ke pasien-pasien asal Indonesia.
Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah telah membuat program visitasi kepada seluruh jemaah haji Indonesia yang tengah dirawat. Penanggung jawab visitasi, dr Novita Silvana Mua, menjelaskan dirinya telah menyiapkan tim yang setiap harinya akan melakukan visitasi ke beberapa RS Arab Saudi yang lokasinya di wilayah Kota Makkah.
“Saya buat 3 tim yang terdiri dari 1 dokter, 1 perawat, dan 1 TPK [Tim Pendukung Kesehatan] yang bergantian setiap harinya untuk visitasi di 6 RSAS,” ujar Novita Silvana.
Sampai dengan Sabtu (27/07/2019) jam 17.00 WAS, jemaah yang dirawat inap di RS Arab Saudi sebanyak 86 jemaah. Mereka tersebar di enam RS yaitu: RS King Faisal, RS Al Noer, RS Heera, RS King Abdul Aziz, RS King Abdullah dan RS Maternal Wiladah. Penyebaran ini sesuai dengan spesialisasi layanan yang tersedia di tiap RS.
Saat berkunjung ke RSAS, tim kesehatan lebih fokus memberikan layanan non medis. Selain karena layanan medis sudah dilakukan oleh tim kesehatan RS, juga karena pasien tidak dapat ditunggui oleh keluarga atau anggota kloternya.
“Kami memberikan support mental kepada jemaah yang dirawat inap,” kata Novita Silvana.
Ketika visitasi bertepatan dengan waktu makan pasien, tim visitasi turut membantu menyuapi pasien guna memastikan asupan nutrisi yang diberikan pihak RS dikonsumsi sepenuhnya oleh jemaah haji. Ini untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.
“Saya minta pasien sadar langsung dikasih air zamzam,” pesan Eka Jusup Singka, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
“Untuk jemaah yang sudah sadar dan bisa duduk sendiri, kami pun edukasi untuk banyak minum, jangan sampai kekurangan asupan cairan. Kami pun berikan bubur dan buah-buahan,” imbuh Novita.
Menurut Novita, dokter RSUD dr Slamet Garut itu, terus berkonsultasi dengan dokter penanggung jawab di RS Arab Saudi. Ia dan tim harus mengetahui perkembangan kondisi pasien jemaah Indonesia yang sedang dirawat. Apabila ada tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter tersebut terhadap jemaah haji Indonesia, maka akan ditindaklanjuti sesuai kebutuhan oleh tim visitasi.
Mereka pun meyakinkan kepada jemaah agar tidak memikirkan soal biaya perawatan karena semuanya ditanggung oleh pemerintah Arab Saudi.
Para pasien yang berada di RS Arab Saudi tersebut umumnya yang punya masalah kesehatan berat di mana tidak mampu ditangani dengan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki di tingkat kloter, sektor bahkan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Sebagian ada yang karena tingkat kegawatannya masuk triase merah, langsung dirujuk dari tingkat sektor, sementara yang lainnya ada pula yang telah melalui pelayanan di KKHI terlebih dulu.(jpp)