Indovoices.com –Sebuah unggahan aksi teror eksibisionisme viral di media sosial (Medsos).
Kejadian tersebut berdasarkan dari keterangan yang ada terjadi di ruas Jalan Adi Sumarmo, Gawangan, Colomadu, Karanganyar.
Seorang lelaki nekat memamerkan kemaluannya dan menunjukkan kepada seorang pengendara.
Kejadian itu direkam oleh korban dan diunggah oleh akun @ics_infocegatansolo.
Dalam keterangan ditulis :
Min akun mau memberi tahu tadi ada cowok mepet aku sambil mengeluarkan kemaluan, di daerah Gawanan Colomadu, mohon waspada agar tak terulang kembali.
Dalam video tersebut juga terlihat pelaku naik motor dengan nopol AD 2683 BT memakai kaus merah serta helm merah.
Pelaku yang kabur itu juga sempat hampir menabrak pengendara di depannya karena tak fokus dan seakan sadar bahwa direkam oleh sang korban.
Penjelasan polisi
Menanggapi hal tersebut Polsek Colomadu akan segera melakukan penyelidikan untuk pelakunya.
“Kami akan segera lakukan penyelidikan atas kasus tersebut,” kata Kapolsek Colomadu, Iptu Imam.
Dirinya berharap, agar korban memberanikan diri datang ke kantor polisi guna membuat laporan sehingga kasus ini bisa terusut tuntas.
“Kami harap agar segera ada laporan sehingga bisa kami identifikasi lebih lanjut,” harapnya.
Penjelasan Psikolog
Korban dari pelaku kksibisionis bisa mengalami hal buruk jika terjadi terus-menerus.
Menurut Psikolog Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS) , Soleh Amini dalam program Overview Tribunnews korban dari tindak eksibisonisme bisa mengalami guncangan mental yang kuat.
Bahkan dikatakan oleh Soleh, jika korban bisa mengalami trauma mendalam yang berkepanjangan.
Untuk mengobati hal tersebut, tutur Soleh perlu adanya pendampingan yang intens kepada korban tersebut.
“Yang pertama perlu adanya pendamipingan dari profesional yang paham,” tuturnya.
“Baik psikolog, orangtua, maupun teman sebaya,” imbuhnya.
Selain hal tersebut, keberadaan pendidikan seksual bagi korban dirasa Soleh menjadi penting.
Hal tersebut berguna agar korban tidak mengalami trauma lagi ketika mengalami kejadian yang berulang.
“Perlu adanya pendikan seksual agar dia tidak semakin trauma,” pungkasnya.
Lanjut Soleh, jika korban dari eksibisionis tak layak disalahkan terlebih di-bully keberadaannya.
Hal tersebut dapat memicu korban semakin jauh dari kesembuhan trauma.
“Harap dijauhkan dari segala pembullyan,” ungkap Soleh.
“Ini sangat sensitif, jangan dibully termasuk dibercandakan,” tandasnya