Indovoices.com –Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto pada pekan lalu kembali melanjutkan misinya dalam upaya memodernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) angkatan bersenjata Tanah Air.
Pada Rabu (22/7/2020), Prabowo menyambangi Turki dan bertemu Presiden Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir di Kota Ankara.
Pertemuan tersebut diabadikan Ismail Demir melalui akun Twitter-nya, @IsmailDemirSSB.
Menurut Ismail, pertemuan itu membahas kemungkinan kerja sama alat utama sistem pertahanan (alutsista), salah satunya pesawat tanpa awak.
“Pada pertemuan tersebut, kami bertukar pandangan tentang kerja sama alat utama sistem pertahanan (alutsista) di berbagai bidang, terutama UAV (pesawat tanpa awak), kendaraan laut (kapal) dan kendaraan darat (tempur),” tulis Ismail.
Pernyataan Ismail di Twitter juga disertai dengan unggahan tiga foto bersama Prabowo.
Dalam foto tersebut, baik Prabowo dan Ismail nampak sama-sama menggunakan masker saat menggelar pertemuan.
Diketahui, kedatangan Prabowo ke Turki merupakan kali kedua setelah pada November 2019 bertemu langsung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Penguatan Hubungan Bilateral
Selain bertemu Presiden Industri Pertahanan Turki, dalam kunjungan tersebut juga dimanfaatkan Prabowo untuk menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak.
Hal itu berkaitan dengan upaya penguatan hubungan bilateral di bidang industri pertahanan kedua negara.
“Beliau akan bertemu dengan para pihak di sana (Turki) yang terkait dengan penguatan pembicaraan kerja sama bilateral industri pertahanan kedua negara,” ujar Juru Bicara Menhan Dahnil Anzar Simanjuntak saat dihubungi.
Dahnil mengatakan bahwa lawatan Prabowo kali ini merupakan melanjutkan pembicaraan kerja sama yang telah diupayakan sebelumnya.
“Beliau melanjutkan pembicaraan lebih intens terkait kerja sama industri pertahanan dengan industri pertahanan Turki,” kata Dahnil.
Kompas.com mencatat, sejak dilantik menjadi Menhan dalam Kabinet Indoensia Maju pada 23 Oktober 2019, Prabowo telah mengunjungi sejumlah negara di belahan dunia.
Kunjungan tersebut merupakan dalam rangka menjalankan misi melakukan modernisasi alutsista angkatan bersenjata TNI.
Upaya pertama Prabowo dilakukan saat mengunjungi Malaysia pada 14 November 2019, Thailand pada 17 November 2019, Turki pada 27-29 November 2019, dan China pada 15 Desember 2019.
Kemudian, disusul Jepang pada 20 Desember 2019, Filipina pada 27 Desember 2019, Perancis pada 11-13 Januari 2020, dan Rusia pada 28 Januari 2020.
Lalu, Prabowo Melawat Ini Emirat Arab (UEA) pada 24 Februari 2020. Selanjutnya, Prabowo kembali mengunjungi ke Rusia untuk kali kedua pada 23 Juni 2020. Terakhir, Prabowo ke Turki.
Dalam wawancara dengan Kompas.com pada Kamis (16/1/2020), Dahnil mengungkapkan bahwa Prabowo mempunyai misi untuk memodernisasi alutsista.
“Sejak awal beliau menyatakan bahwasanya dua bulan sampai enam bulan pertama beliau akan fokus pada modernisasi alutsista,” kata Dahnil di Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.
Polemik Eurofighter Typhoon
Sebelum melawat ke Turki, langkah Prabowo sempat menuai polemik setelah berencana memborong 15 pesawat tempur Eurofighter Typhoon bekas milik Angkatan Udara Austria.
Di dalam negeri, rencana tersebut ditentang sejumlah pihak karena berbagai alasan.
Namun, pihak Kemhan menyebut bahwa rencana pembelian Eurofighter Typhoon masih dalam tahap kajian.
“Semua masih dalam kajian, termasuk rencana pembelian jet tempur Typhoon dari Austria itu,” kata Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Trenggono, Rabu (22/7/2020), saat dihubungi di Jakarta, sebagaimana dikutip dari Kompas.id.
Wahyu mengatakan, diplomasi pertahanan yang dijalankan Prabowo dilakukan sembari menjajaki kerja sama produksi.
Hal itu juga yang dilakukan Prabowo terhadap menteri pertahanan Austria sebagaimana disampaikan lewat surat baru-baru ini.
Wahyu Trenggono mengatakan, hal yang pertama harus digarisbawahi dalam membuat strategi pembelian persenjataan adalah perlunya Indonesia memiliki efek gentar di kawasan.
Efek gentar ini yang akan membuat Indonesia disegani. Ia mencontohkan, negara-negara tetangga telah memiliki F35B yang merupakan spesifikasi tertinggi dari pesawat tempur F35, sementara Indonesia jauh tertinggal.
“Padahal, kita punya negara ini sangat besar wilayahnya yang harus dijaga, terbang dari ujung ke ujung bisa sampai delapan jam lamanya,” kata Wahyu.
Didesak untuk Membatalkan
Sementara itu, lembaga pengawas HAM Imparsial mendesak Prabowo segera membatalkan rencana pembelian 15 pesawat tempur Eurofighter Typhoon bekas karena berisiko terjadinya kecelakaan.
“Mendesak Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membatalkan rencana pembelian pesawat tempur Eurofighter Typhoon bekas dari Austria,” tegas peneliti sekaligus Direktur Imparsial, Al Araf dalam keterangan tertulis, Rabu (22/7/2020).
Menurutnya, ide pembelian tersebut akan mengulangi kesalahan di masa lalu di mana pengadaan alutsista bekas menimbulkan masalah akuntabilitas anggaran pertahanan.
Hal yang lebih berbahaya lagi adalah penggunanya menghadapi risiko terjadinya kecelakaan.
Imparsial memandang bahwa ide pembelian pesawat tempur Eurofighter Typhoon bekas dari Austria bukan hanya tidak tepat, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah baru di masa yang akan datang.
Menurut Araf, pemerintah hendaknya belajar dari pengalaman saat melakukan pembelian alutsista bekas di masa lalu. Baik itu pesawat, kapal, tank dan lainnya yang memiliki sejumlah problem teknis dan mengalami beberapa kali kecelakaan.
Araf menuturkan, upaya modernisasi alutsista TNI untuk memperkuat pertahanan Indonesia merupakan langkah penting dan harus didukung.
Sebagai komponen utama pertahanan negara, TNI perlu dilengkapi oleh alutsista militer yang lebih baik, kuat, dan modern untuk mendukung tugas pokok dan fungsinya dalam menjaga dan melindungi wilayah pertahanan Indonesia.
Namun demikian, kata dia, penting dicatat bahwa langkah tersebut harus dijalankan oleh pemerintah secara akuntabel, transparan, serta dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran dan kebutuhan TNI itu sendiri.
“Hal ini penting untuk memastikan pengadaan alutsista TNI mendukung upaya penguatan pertahanan negara Indonesia dan tidak memunculkan masalah baru di masa yang akan datang,” terang Araf.(msn)