JAKARTA – Pasca rangkaian gempa bumi yang melanda Nusa Tenggara Barat (NTB), kondisi kelistrikan di NTB hingga saat ini belum sepenuhnya pulih. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menugaskan inspektur ketenagalistrikan untuk terus melakukan pengecekan dan pengawasan pelaksanaan pemulihan instalasi tenaga listrik terdampak gempa mulai awal Agustus (6/8) lalu.
Saat ini, sistem kelistrikan Lombok yang menyuplai kota Mataram masih belum pulih sepenuhnya. Sementara, sistem kelistrikan di Pulau Sumbawa, yakni yang meliputi sistem kelistrikan Sumbawa dan Bima, sebagian besar menyala dan aman, walaupun ada beberapa bagian kecil daerah yang masih padam.
Sebanyak 9 tim inspektur listrik telah diberangkatkan secara bergiliran untuk terus berkoordinasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Andi Winarno, inspektur ketenagalistrikan yang bertugas bersama tim ke-5 (15-18 Agustus 2018) menuturkan ia dan timnya harus melaksanakan tugas dalam perbaikan trafo distribusi di sepanjang lereng Gunung Rinjani. “Selanjutnya kami ke wilayah Kec. Tanjung, Kab. Lombok Utara yang merupakan daerah paling parah terdampak gempa untuk memantau proses perbaikan trafo distribusi dan pengamanan instalasi sambungan rumah dan kWh meter,” ungkap Andi.
Andi mengungkapkan, saat dirinya datang, sebuah PLTMH dan PLTU (LED) di Lombok Utara unit 1 padam dan sedang dalam pemeriksaan untuk penanganan lebih lanjut. “Saat kami pulang, tim ke-6 yang menggantikan kami mengabarkan terjadinya gempa berulang, puncaknya dengan skala 7 SR pada tanggal 19 Agustus 2018 jam 9 malam (WITA), yang mengakibatkan padamnya beberapa pembangkit lain, termasuk PLTU (LED) unit 2,” cerita Andi.
Hal tersebut dibenarkan tim ke-6 yang ada di lokasi kejadian saat gemba 7 SR tersebut kembali mengguncang Lombok (19/8). “Malam itu bahkan kami tidur di luar. Kami yakin malam itu banyak instalasi yang padam, dan benar tugas besar menanti kami esoknya,” ujar Ahmad.
Di tempat terpisah, Yunan Nashikin, inspektur ketenagalistrikan yang akan segera diberangkatkan ke Lombok mengungkapkan, Ditjen Ketenagalistrikan bersama PLN juga membentuk posko di kantor Ditjen Gatrik di Kuningan, Jakarta. “Posko dibentuk untuk melaporkan progres harian kondisi kelistrikan sistem Lombok/NTB dan menyusun laporan kondisi kelistrikan NTB pasca gempa berdasarkan laporan tim yang bertugas di lapangan,” tambahnya.
Menurut data Ditjen Ketenagalistrikan, saat gempa terjadi, beberapa daerah yang listriknya disuplai oleh Sistem Lombok masih menyala, dengan beban 50 megawatt (MW) dengan sistem jaringan transmisi 150 kilo Volt (kV) masih aman. Angka tersebut masih di bawah kondisi normal beban siang, yakni 155 MW, dan beban malam 220 MW.
Adapun pembangkit besar di wilayah NTB yang masih diusahakan agar dapat segera beroperasi normal antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang 25 MW, PLTU IPP (LED) 2 unit padam 50 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Mobile Power Plant (MPP) PLN unit 1 25 MW, pembangkit MFO Cogindo 30 MW, dan Pembangkit HSD Sewatama 21 MW.
Penulis: Dyah Kusuma Dewi/ Khoiria Oktaviani