Hingga saat ini belum diketahui total jumlah penonton “A Man Called Ahok” maupun film “Hanum Dan Rangga”. Namun melalui berbagai pemberitaan di media serta info dari teman-teman, sepertinya film yang bercerita mengenai sosok Ahok ini menuai jumlah penonton yang cukup luar biasa.
Walaupun awalnya diterpa kritik dari adik Ahok sendiri Fify Lety Tjahaja Purnama menjelang penayangannya, ‘A Man Called Ahok’ ternyata disambut baik oleh masyarakat. Bahkan usai tayang perdana 8 November kemarin, ‘A Man Called Ahok’ disebutkan memperoleh penambahan bioskop.
“Awalnya kami dapat 23 bioskop di Jakarta. Sekarang tambah diputar jadinya 38 bioskop,” ujar Naning, publicist film garapan Putramatuta ini kepada salah satu media, Jumat 9 November 2018.
Segala sikap dan kebijakan Ahok semasa memimpin DKI Jakarta membuat para pendukungnya begitu mencintai sosok mantan Bupati Belitung Timur itu.
Walau kini Ahok berada di balik jeruji besi Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok, akibat kasus penistaan agama yang didakwakan terhadapnya, rasa cinta dan kagum terhadap dirinya tak pudar dalam hati dan ingatan para pendukungnya.
“Bagaimanapun harus diakui bahwa Ahok adalah sosok pemimpin yang sangat fenomenal. Tokoh minoritas yang gigih berjuang di tengah mayoritas demi kepentingan terbaik semua pihak tanpa pandang bulu. Cahaya purnamanya mampu bersinar menembus dinding-dinding kokoh yang mengurung fisiknya. Meski raganya dipenjara tapi pemikirannya bebas dan merdeka,” tutur Andrew Parengkuan, salah satu pendukung Ahok yang turut menyaksikan film “A Man Called Ahok”
Indro ‘Warkop‘ yang juga sudah berkesempatan menyaksikan ‘A Man Called Ahok’ di bioskop ikut memberikan apresiasi atas penayangan film ini.
Indro mengungkapkan, film ini sarat akan pesan penting. Terutama soal prinsip hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam menjalani kehidupan.
“Saya apresiasi banget filmnya. Saya melihat ada sebuah prinsip yang mungkin sebetulnya prinsip itu adalah warisan dari leluhur kita dulu. Saya rasa penting untuk melihat ini supaya kita bisa berkaca,” ujar Indro dalam testimoninya usai menyaksikan ‘A Man Called Ahok’.
Membludaknya jumlah penonton bukan hanya di bioskop-bioskop Jakarta, namun juga merambah hingga ke daerah. Salah satunya adalah di Manado, Sulawesi Utara. Dikabarkan masyarakat Manado sangat antusias dengan membanjiri bioskop-bioskop di kota mereka.
Berbanding terbalik dengan Film “A Man Called Ahok”, “Hanun Dan Rangga” yang diangkat dari novel yang menceritakan kisah nyata putri Amien Rais, yakni Hanum Rais dan suaminya, Rangga, justru terkesan sepi penonton.
Film bergenre drama dan religi itu berlatar belakang kota New York yang elegan dan romantis. Menceritakan perjuangan karier, impian dan keluarga Hanum (Acha Septriasa) untuk mendapat kesempatan kerja yang mustahil ditolak.
Film Hanum & Rangga sebetulnya bakal tayang pada 15 November 2018, tetapi dipercepat. Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan jadwal dipercepat sangat mungkin bermuatan politis: bahwa itu tak lain untuk menjegal popularitas Ahok.
Namun produser Hanum & Rangga, Manoj Punjabi, berkata itu spekulasi yang terlalu liar. Ia merasa head to head dengan “A Man Called Ahok” akan jauh lebih masuk akal ketimbang bersaing dengan film Hollywood jika tayang pada tanggal awal.
Boleh saja Manoj Punjabi menganggap apa yang disampaikan oleh Ujang sebagai spekulasi yang terlalu liar. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa PAN mewajibkan kadernya untuk menonton film kisah anak Amien Rais.
Bahkan Hanum Rais diketahui mengirimkan surat tertanggal 24 Oktober ke Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, minta difasilitasi agar seluruh staff dan mahasiswanya menonton film tersebut. Bagi saya itu merupakan tanda kalau dirinya sendiri menyakini filmnya jelek, sampai-sampai harus minta difasilitasi.
Dan kemudian terbukti dengan jumlah penonton yang sangat sedikit saat film tersebut ditayangkan. Film yang awalnya digadang-gadang dengan niat buruk, untuk menjegal film Ahok, akhirnya berbalik mempermalukan mereka sendiri.
Sangkin sepinya, Bahkan di beberapa stasiun televisi sempat menayangkan iklan film tersebut yang menawarkan beli satu tiket gratis satu, alias diobral murah.
Walau tidak yakin, saya hanya bisa berharap semoga hal ini bisa menjadi pelajaran untuk si Hanum. Bahwa apapun yang dimulai dengan niat buruk, biasanya akan berakhir buruk juga, seburuk aktingnya saat berusaha membohongi masyarakat soal bonyoknya muka seorang nenek-nenek yang ternyata operasi plastik.
Ohya, ngomong-ngomong soal itu, bagaimana perkembangan kasusnya ya? Apakah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), jadi mencabut gelar dokternya si Hanum? Atau jangan-jangan juga hilang tanpa kabar berita? Apakah pembaca mengetahuinya? Silahkan sampaikan di kolom komentar
Jumlah Penonton A Man Called Ahok Membludak
https://youtu.be/oHof1qh-SQw