Indovoices.com –Menristek Bambang Brodjonegoro menyampaikan progres pengembangan vaksin merah putih dalam rapat dengan Komisi VII DPR. Ia juga mendetailkan soal biaya.
“Pertama, untuk pembiayaan bahwa kalau dalam proses pembuatan vaksin yang paling mahal proses produksi vaksinnya dan vaksinasinya,” kata Bambang yang hadir secara virtual itu, Rabu (23/9).
Ia menjelaskan, penganggarannya ada di Kemenkes. Porsi Kemenristek adalah di pengembangan bibit vaksin, riset di lab, dan uji klinis.
“Terutama vaksin-vaksin yang lolos uji hewan masuk uji klinis manusia dan diperlukan biaya yang cukup besar, bisa sampai Rp 30-40 miliar untuk uji klinis setiap bibit vaksin. Kita siapkan penganggaran dari berbagai sumber,” jelas dia.
Bibit Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh Lembaga Biologi dan Molekuler Eijkman, LIPI, dan beberapa perguruan tinggi. Untuk produksi nanti pun, Kemenristek sudah berkomunikasi dengan Bio Farma dan perusahaan farmasi swasta.
“Kami perlu ajak perusahaan swasta lainnya dan mereka sambut baik dan bersedia mendukung riset yang dilakukan beberapa lembaga, baik lembaga penelitian dan universitas,” ungkap Bambang.
Sejauh ini, Vaksin Merah Putih masih dalam tahap pengurutan genome. Uji klinis hewan ditargetkan dimulai pada akhir 2020.
Uji klinis ke manusia ditargetkan pada Februari atau Maret 2021. Apabila berjalan lancar, Vaksin Merah Putih diproduksi dalam jumlah besar awal 2022. (msn)