Indovoices.com-Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal, menjelaskan penanganan virus corona yang dilakukan pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Lalu mengatakan, sejauh ini kasus positif corona di Turki hampir mencapai 110.000 pasien. Namun Turki tidak mengambil kebijakan lockdown, sama seperti Indonesia.
“Kebijakan yang diambil Turki itu lebih mirip dengan kebijakan yang diambil di Indonesia sebetulnya, tidak mengambil lockdown, tapi Turki mengambil social distancing. Kalau kita lihat data sekarang, Turki sudah hampir 110.000 yang positif,” ujar Lalu dalam diskusi ‘Berbagi Cerita dari Mancanegara’ yang digelar streaming.
Lalu menuturkan, lonjakan kasus positif di Turki itu didapatkan dari tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR) secara masif terhadap 1 juta orang.
“Angka 110.000 itu dicapai dari tes PCR yang sudah dilakukan untuk satu juta (orang), jadi sangat aktif melakukan tes PCR. Jadi tidak apa angkanya tinggi, tapi kita tahu. Sejak awal (Turki) hanya menggunakan rapid test di minggu pertama, kemudian mereka memutuskan untuk menghentikan penggunaan rapid test karena problemnya ada di situ rupanya,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, Turki sudah tak menggunakan rapid test lantaran tak bisa mendeteksi corona apabila antibodi seseorang belum terbentuk.
“Kemudian di minggu pertama mereka putuskan untuk hentikan (rapid test) dan mereka putuskan untuk fokus ke PCR test. Meski pun waktunya lebih lama membutuhkan waktu sekitar 1 jam, namun itu akurasinya lebih tinggi,” kata Lalu.
Lalu menambahkan, rapid test yang tak bisa mendeteksi kasus secara akurat, membuat banyak orang yang sebenarnya positif masih bisa berkeliaran.
“Sehingga yang terjadi adalah, kita membiarkan orang-orang yang sudah infektif tetapi berkeliaran ke local carrier, ini yang problemnya,” tutup Lalu. (msn)