Indovoices.com –Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, per 11 Oktober 2020 sebanyak 336 kabupaten dan kota berada di zona oranye atau zona dengan resiko sedang.
“Hal ini menandakan bahwa, pemerintah daerah (pemda) lengah atau sudah merasa nyaman dalam menangani kasus Covid-19,” ujar Wiku dalam konferensi pers secara live melalui aplikasi Zoom.
Wiku menyebutkan, perkembangan peta zonasi risiko di minggu ini mengalami perubahan cukup mengejutkan. Sebanyak 336 kabupaten dan kota itu berarti 65 persen dari seluruh kabupaten atau kota di Indonesia berada pada resiko sedang.
“Sangat disayangkan bahwa terdapat lebih dari 50 persen kabupaten atau kota yang sebelumnya berada di zona hijau berpindah ke zona kuning, oranye bahkan zona merah,” katanya.
Meskipun kabupaten atau kota dengan zona merah atau zona resiko tinggi cenderung menurun jumlahnya pada setiap pekan. Namun, bukan berarti daerah ini merasa aman berada di zona oranye.
“Kami ingatkan kembali untuk menilai tingkat risiko penularan di setiap wilayah itu menggunakan tiga indikator berdasarkan epidemiologi, kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan,” tegasnya.
Dari masing-masing indikator itu, lanjut Wiku, ditentukan skor dan pembobotan yang menggambarkan resiko pada wilayah tersebut.
Sementara itu, untuk zona oranye skor dimulai dari angka 1,81- 2,4. Adapun, semakin mendekati skor 1,81 artinya kabupaten atau kota semakin dekat dengan zona merah pada pekan berikutnya.
Sebaliknya, semakin mendekati skor 2,4, maka kabupaten atau kota tersebut akan semakin dekat dengan zona kuning pada pekan berikutnya.
Status 94 kabupaten atau kota tanpa perubahan
Pada kesempatan itu, Wiku menyampaikan tentang 94 kabupaten atau kota dengan zona oranye tanpa perubahan selama enam minggu berturut-turut.
Pasalnya, setiap pekannya zona ini selalu bertambah jumlahnya sehingga menjadi perhatian khusus untuk wilayah dengan zona oranye.
Dari 94 kabupaten atau kota itu terbagi menjadi tiga provinsi, diantaranya Sumatera Utara (Sumut) dengan 2 kabupaten atau kota, sedangkan Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Barat (Jabar) masing-masing 11 kabupaten atau kota.
Selain itu, terdapat 12 kabupaten atau kota dengan skor yang sebentar lagi menjadi zona kuning, yakni Rejang Lebong Bengkulu, Madiun, Lamongan, Kota Yogyakarta, Gunung Mas Kalimantan Tengah (Kalteng), dan Donggala Sulawesi Tengah (Sulteng).
Kabupaten atau kota lainnya ada Buton Selatan dan Konawe Selatan Sulawesi Tenggara (Sultenggara), Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat (NTB), Kota Ternate, Maluku Utara dan terakhir Maybrat Papua Barat.
Sementara itu, untuk kabupaten atau kota yang dinilai dari skor berpotensi masuk zona merah ada tiga daerah, yakni Langsa di Aceh, Pasaman Barat Sumatera Barat (Sumbar) dan Karanganyar di Jateng.
“Tolong diperhatikan kota-kota ini supaya tidak berpindah ke zona merah. Kami mohon untuk kabupaten atau kota ini agar jangan berpuas diri hanya karena wilayahnya tidak berada di zona merah,” pinta Wiku.
Zona oranye tetap berbahaya
Wiku menerangkan zona oranye tetap berbahaya dan berisiko dalam penularan Covid-19 apabila terus dibiarkan tanpa ada penanganan signifikan. Bukan tidak mungkin, wilayah zona ini berpotensi berubah jadi zona merah.
“Jangan terlena dan jangan lengah, target penanganan Covid-19 ini adalah seluruh wilayah Indonesia yang dapat menjadi zona hijau,” tegasnya.
Menurut Wiku, hal tersebut tidak mungkin mustahil untuk dicapai. Kerjasama antara pemerintah daerah dengan seluruh lapisan masyarakat adalah kunci penanganan Covid-19 di tingkat provinsi dan kabupaten atau kota.
Nantinya, diharapkan tidak ada kasus baru pada wilayah tersebut selama empat minggu berturut-turut dan angka kesembuhan mencapai 100 persen.
Pemerintah daerah diminta terus berupaya meningkatkan program tracing (penelusuran), testing (pengujian), dan treatment(perawatan) (3T).
“Jangan ragu-ragu dan segeralah meminta bantuan kepada pemerintah pusat berupa kebutuhan penanganan, seperti reagen, obat-obatan, serta insentif untuk relawan,” terang Wiku.
Adapun untuk masyarakat di mohon agar terus memakai masker saat akan keluar rumah, rajin mencuci tangan pakai sabun serta jaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 meter (m) di tempat umum.
“Dan mohon untuk tidak keluar rumah jika tidak benar-benar dibutuhkan atau mendesak,” pinta Wiku.
Terakhir, Wiku meminta agar daerah transpara dalam melaporkan data terkait perkembangan penanganan Covid-19 di wilayahnya masing-masing. Hal ini melihat adanya fluktuasi perubahan zona resiko dalam beberapa pekan terakhir.
“Bila bersatu maka kita pasti bisa melawan Covid-19,” ujar Wiku dengan semangat. (msn)