Indovoices.com- Menjadi sosok berintegritas, disiplin, dan tegas adalah prinsip yang selalu dipegang Dwi Teguh Wibowo. Ia memimpin kantor bea cukai terbesar di Indonesia, yakni Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok.
Dari kantor yang ia pimpin, 70 persen kegiatan ekspor impor Indonesia dilayani di sini. Besarnya tanggung jawab itu menuntutnya harus mampu mencapai setiap target penerimaan negara.
Sejak berada di bawah kepemimpinan Teguh pada Agustus 2017, KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok telah menghasilkan beberapa inovasi. Salah satunya adalah terciptanya aplikasi Antareja (Analyzing, Targeting, and Reporting for Joint Program). Program ini merupakan proyek kolaborasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Aplikasi ini merupakan pengembangan dari aplikasi Quality Assurance (QA) yang telah ada sejak 2017. QA berisi resume profil wajib pajak berstatus importir/eksportir dan indentor, serta penilaian kepatuhan perpajakan dan kepatuhan kepabeanan.
Sedangkan aplikasi Antareja berfungsi mengurangi berbagi data secara manual dalam proses joint analysis yang dilakukan Bea Cukai dan Ditjen Pajak. Adanya joint program ini juga menjalankan fungsi KPU Bea dan Cukai sebagai revenue collector. Output yang didapatkan berupa tambahan penerimaan negara, peningkatan tax base sebesar 5,3 persen, dan penerimaan pajak impor.
Dalam pelaksanaannya, DJBC bekerja sama dengan 19 kantor wilayah (Kanwil) DJP. Program ini berhasil menertibkan 16.000 importir yang menjadi pengguna jasanya.
“Dari penertiban itu, tercatat hingga Oktober 2019, negara mendapat tambahan penerimaan sebesar Rp3,2 T dan refund discrepancy sebesar Rp125 M,” ungkap Teguh, yang menjabat Kepala Kantor KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok.
Aplikasi Antareja ini berhasil mengantarkan KPU Bea dan Cukai Tanjung Tipe A Tanjung Priok mendapatkan Best Innovation Award dari Kementerian Keuangan. Melihat keberhasilan ini, Antareja akan segera diterapkan secara nasional untuk mengoptimalkan penerimaan pajak.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Teguh mengusung konsep Integrated System with Integrity System, yakni pelayanan efisien dengan sistem terintegrasi dengan aplikasi serta penerapan pengawasan yang efektif untuk internal maupun eksternal.
Integritas telah menjadi fokus Teguh dalam menjalankan tugasnya di Bea Cukai Tanjung Priok. Beberapa program penguatan integritas yang dilakukannya adalah penetapan role model, whistle blowing system, upaya preventif dan represif, focus group discussion, reward and punishment system, pengembangan sistem IT, CCTV dan hidden cam, manajemen SDM, dan optimalisasi peran unit kepatuhan internal.
Untuk mendukung integritas pegawainya, KPU Bea Cukai Tanjung Priok mengembangkan aplikasi “TipStop-Tolak, Catat, Laporkan” yang merupakan sebuah aplikasi antikorupsi.
Cara kerjanya dengan menolak pemberian dari pengguna jasa, dokumentasikan dengan mencatat nama, waktu, tempat kejadian, serta bentuk pemberian, juga melaporkan melalui web kipriok.com/tcl atau dengan mengunduh aplikasi pada tcl.kipriok.com.
Program ini dapat diakses melalui aplikasi TipStop yang juga dikembangkan secara mandiri. “Aplikasi ini bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para oknum yang diduga memberikan gratifikasi atau suap kepada pegawai, ataupun para oknum pegawai yang berniat memeras atau menerima imbalan dari pengguna jasa,” jelas Teguh.
Bagi pengguna jasa, Teguh dikenal sebagai pribadi yang terbuka komunikasinya dengan pengusaha. “Beliau welcome dan tanggap dalam merespon tuntutan pengguna jasa dalam hal ini perusahaan, sehingga memfasilitasi perusahaan itu sendiri terkait masalah kepabeanan,” imbuh M. Remi Kitriawan selaku perwakilan dari PT. JFE Steel Galvanizing Indonesia.
Max Rori, selaku Kepala bidang Kepatuhan Internal KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok, mengatakan bahwa Teguh adalah orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai integritas. Sikap tegas dan tidak berkompromi dengan pelanggaran baik dari pegawai maupun pengguna jasa ini, memudahkan pegawai untuk melaksanakan tugasnya.
“Bea Cukai Tanjung Priok mengutamakan pelayanan yang baik dan transparan. Beliau tidak ragu untuk menindak pegawai mapun pengguna jasa yang melanggar,” katanya.
Hal ini menjadi bukti bahwa dalam pengabdiannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Teguh menunjukkan kesungguhan, dedikasi, loyalitas, dan perbaikan berkelanjutan yang terus dilakukan untuk instansinya.
Karena pengabdiannya itu, Teguh memperoleh Piala Adhigana dalam ajang Anugerah ASN 2019 yang digelar oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Piala Adhigana tak lantas menghentikan dirinya berinovasi. Menyadari besarnya tanggung jawab yang diemban, Teguh terus mengajak pegawainya untuk berinovasi.
“Kami mendorong dan memberikan inspirasi kepada para pegawai untuk menciptakan inovasi, terutama di bidang pelayanan, pengawasan, dan penguatan integritas,” pungkas pria kelahiran Surakarta ini. (jpp)