Mengawali hari kedua Forum Tematik Bakohumas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Sekretaris Jenderal (Sekjen) Anwar Sanusi menyampaikan bahwa pendamping desa dibentuk sebagai partner pembelajaran masyarakat desa untuk mengimplementasikan amanat undang-undang.
“Salah satu pendekatan pembelajaran untuk penguatan kapasitas pelaku desa agar memahami masalah perdesaan yang disebut Akademi Desa,” ujar Sekjen Kemendes PDTT di Bali, Selasa (24/7).
Akademi desa, ujar Anwar, jangan dianggap seperti pendidikan formal seperti institut, Diploma 3 maupun universitas. Ia menyampaikan akademi desa memiliki fokus untuk pengembangan kemampuan pendamping desa.
Dengan peningkatan edukasi lewat akademi desa, sambung Anwar, untuk menghindarkan BUMDes Tangan Bawah. Artinya, menurut Anwar, BUMDes mampu meningkatkan kemampuan pendanaan sehingga tidak hanya menerima dana dari Pusat atau pemerintah saja.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika menyampaikan bahwa jebakan pertumbuhan ekonomi telah bisa dilalui.
“Tahun 2015 target RPJMN 5.6 sedangkan realisasi 4.8, tahun 2016 target RPJMN 5.3 realisasi sedangkan realisasi 5.02, dan tahun 2017 target RPJMN 5.1 sedangkan realisasi 5.07,” ujar Ahmad Erani seraya menambahkan bahwa pertumbuhan terus membaik dan meningkat.
Mengenai inflasi, menurut Erani, hingga saat ini masih stabil dan faktor penyumbang inflasi di Indonesia adalah harga bahan makanan dan harga minyak.
Meski angka kemiskinan turun, menurut Ahmad Erani, dana desa dapat digunakan untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan.
Peninjauan ke BUMDes
Usai mengikuti diskusi, para peserta Forum Tematik Bakohumas berkunjung ke salah satu unit Pengolahan Bank Sampah Dharma Pertiwi yang merupakan binaan dari BUMDes Sima Sari Dana Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur.
Direktur BUMDes Sima Sari Dana, I Gusti Ketut Sima, menyampaikan bahwa pengolahan sampah yang dikelola berasal dari warga. Jumlah pekerja, lanjut Sima, sebanyak 8 orang dengan dukungan 4 unit transportasi.
“Proses produksi yang sudah dapat dilakukan di unit pengolahan sampah adalah pupuk organik,” jelas Sima.
Permasalahan yang dihadapi saat ini, lanjut Sima, adalah permodalan. Ia menambahkan untuk jaringan penjualan pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Dewa Pupuk yang akan mendistribusikan pupuk hasil pengolahannya kepada petani.
“Untuk pelet, sudah dilakukan pendekatan kepada Indonesia Power yang bertujuan nantinya produk buatan BUMDes Sima Sari Dana dapat dibeli,” pungkasnya.
Dalam acara ini turut dihadiri oleh Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi, Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal Samsul Widodo, Asdep Humas dan Protokol Setkab Al Furkon Setiawan, Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Kemendesa PDTT Bonivacius Prasetya Ichtiarto, Direktur Pengembangan Usaha Ekonomi Desa Kementerian Desa PDTT Nugroho Setijo Nagoro, Kepala Biro Hukum, Komunikasi, dan Informasi Publik Kementerian PANRB Mudzakkir, serta perwakilan Humas Kementerian/Lembaga lain.(EN/AS)