Indovoices.com –Pemerintah Indonesia masih berupaya melobi WHO agar menyediakan bantuan rapid test antigen. WHO memang telah menyebut akan memberikan 120 juta kit rapid test antigen untuk 133 negara berkembang.
Namun, belum disebutkan negara mana saja yang akan menerima bantuan.
Di sisi lain, epidemiolog UI Pandu Riono mengungkapkan, sebenarnya Indonesia sudah memproduksi alat ini. Rapid test yang akurasinya jauh lebih tinggi dari rapid test antibodi yang saat ini masih dipakai di Indonesia, yang ongkosnya diatur pemerintah maksimal Rp 150 ribu.
“Indonesia sudah produksi di Bandung. Sejak Agustus pabriknya beroperasi, enggak tahu target produksinya berapa,” kata Pandu.
Pandu menjelaskan, produk dalam negeri itu bernama Indonesia GenBody COVID-19 Ag. Dan yang terpenting, alat ini sudah mendapat izin edar dari Kemenkes sejak Agustus lalu.
Pandu menjelaskan, seharusnya alat ini juga bisa dipakai pemerintah untuk dikirim di daerah-daerah yang mesin PCR-nya terbatas. Sebab, rapid test antigen akurasinya baik dan hasil keluar hanya dalam waktu 30 menit.
“Ini info dari FKM UI yang mau pakai tes antigen harganya Rp. 250.000. Produksi Indonesia, lisensi Korea, izin edar Kemenkes RI/AKD, CE, KFDA,” tutur dia.
Pandu menjelaskan, metode rapid test antigen sama dengan swab untuk pemeriksaan PCR. Jadi menggunakan spesimen dari swab nasofaring.
“Walaupun akurasi kurang, tapi cepat, murah, dan bisa dipakai untuk skrining. Saya bilang bisa deteksi orang yang paling potensial menularkan. Jadi bagus banget,” tutur dia.
Berbeda dengan rapid test antibodi, orang yang mengoperasikan rapid test antigen tak bisa sembarangan. Metode ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
“Saya sejak Maret [saya] mendorong ini untuk ganti rapid test antibodi,” jelas Pandu.(msn)