Indovoices.com-Dari pengamatan saya menjelang Pilkada 2020 demokratisasi paling baik di kawasan Danau Toba adalah di Kabupaten Samosir. Di Samosir itu pernah saya tulis Pemilihan Bupati rasa Pemilihan Gubernur. Di Samosir, terasa sekali pesta demokrasi itu. Siapakah pemegang kendali sehingga proses demokratisasi itu memang benar-benar kita mau berpesta. Berpesta artinya riang gembira.
Bagaimana tidak riang gembira, para calonbup muncul anak-anak muda dibawah umur 30 tahun?. Anak-anak muda itu menyampaikan pokok-pokok pikirannya dengan cerdas di ruang publik?.
Calonbup dari partai Nasdem ada tiga anak muda. Anak muda yang sangat serius dan mungkin hanya untuk memanfaatkan podium nasdem untuk menyampaikan pokok-pokok pikirannya. Selain anak muda ada bule dari Spanyol bernama Carlos yang menikah dengan putri Samosir. Pokok-pokok pikiran Carlos sangat bernas. Hingga saya sampaikan kepada Carlos, kalaupun tidak terpilih, pokok pokok pikiranmu doronglah untuk Bupati terpilih kelak. Pemikiran Carlos tentang Samosir sangat bagus. Carlos itu keren.
Selain anak muda, bule, ada pula seorang ibu yang pensiunan ASN. Terakhir jabatannya adalah Kepala Bidang ( Kabid) di dinas perpustakaan dan arsip. Pokok-pokok pikiran ibu boru Malau itupun sangat hebat.
Kemudian, dua Calonbup yang sangat menonjol yaitu Mangihut Sinaga yang pernah menjadi Kajati dan Laksamana Marhuale Simbolon. Dua orang ini memiliki kapasitas Gubernur. Dua orang ini cocok memimpin Samosir karena harus disadari Samosir sebagai kunci untuk menyelamatkan kawasan Danau Toba. Integrasi 7 Kabupaten Kawasan Danau Toba berpusat di Samosir. Semua kita harus menyadari itu. Sekali lagi, Samosir membutuhkan pemimpin yang bisa memimpin 7 Kabupaten untuk mengintegrasikan pengelolaan Danau Toba. Lembaga lembaga yang ada tidak akan mungkin bisa menyelamatkan Danau Toba yang sudah rusak. Kesadaran 7 Kabupaten mengintegrasikan pengelolaan Danau Toba mutlak.
Di tengah kegembiraan itu, saya mendengar dari Sebastian Hutabarat bahwa dia yang pernah dianiaya Jautir Simbolon yang saudara kandung Bupati Samosir Rapidin Simbolon menjadi terpidana. Loh, kok bisa?. Hanya di Samosir yang dipromosikan negeri kepingan surga hal itu bisa terjadi. Di kolong langit ini, saya hanya mengetahui bahwa di negeri kepingan surga orang teraniaya menjadi terpidana. Syukurlah, Sebastian Hutabarat banding.
Keluarga Sebastian Hutabarat sudah lama saya kenal. Saya sangat dekat dengan dua kakaknya. Dua kakaknya sangat baik. Kemudian, siapa tak kenal Sebastian Hutabarat orang baik?. Keluarga ini memang dikenal sangat baik.
Saya mengamati reaksi terhadap keputusan hakim terhadap Sebastian Hutabarat di medsos dan surat kabar. Dari desa, kota, persimpangan hingga ke luar negeri ikut prihatin. Betapa luar biasa dukungan doa dan keprihatinan atas keputusan hakim itu.
Dukungan datang dari sopir angkot, pendeta, petani, politisi, tukang sayur, penulis dan berbagai kalangan ikut prihatin. Saya terharu membaca dukungan terhadapnya. Saya sendiri sempatkan menjumpainya. Senang sekali, Sebastian didukung istrinya yang bijak Imelda Napitupulu dan anak-anaknya. Imelda mengatakan sepanjang yang saya kenal tidak pernah Sebastian menghina orang. Sebastian Hutabarat adalah orang yang senang menolong orang lain. Senang mengangkat harkat dan martabat orang. Bagaimana orang disekitarnya maju, itulah pikiran seorang Sebastian. Apa yang dikatakan istrinya Imelda Napitupulu juga saya rasakan. Dia senang mengajakku untuk memajukan Sumber Daya manusia kita. Bagaimana menurutmu lae?. Senang bertanya untuk memajukan kita, bukan dia.
Ita Siregar penggiat literasi di negeri ini menuliskan kegalauan hatinya melihat ketidakadilan bagi Sebastian Hutabarat. Saya mengenal Ita, kelahiran Sukabumi ini sejak puluhan tahun lalu. Dia selalu menulis dengan jujur untuk kepentingan kebenaran. Saya melihat Ita Siregar itu, penulis yang mengasah nurani dan nalar. Menulis memang panggilan hidupnya.
Lalu, bagaimana kita menyikapi tatkala orang teraniaya menjadi terpidana?. Apakah kasus ini potret hukum kita?. Ah, sedihnya. Kegembiraan melihat demokratisasi yang luar biasa di Samosir tercela dengan kasus yang viral ini. Inikah dampak intervensi kekuasaan terhadap hukum kita?.
Kiranya kasus hukum paling memalukan di negeri indah kepingan surga ini tidak terulang sampai kapanpun.
Gurgur Manurung pengamat sosial dan lingkungan.