Indovoices.com-Konsep operasi masa kini yang sedang dikembangkan adalah operasi multidimensi yang berbasis teknologi Network Centric Warfare. Maka itu, operasi TNI kini tidak hanya mengandalkan metode peperangan konvensional semata, tetapi pada saat yang sama dibarengi dengan pelibatan Siber TNI, Puspen TNI, Intelijen, Teritorial, Satgas Dukungan, dan upaya diplomasi.
Demikian disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjantodi hadapan 566 Perwira Siswa Seskoad, Seskoal, dan Seskoau tahun 2019, bertempat di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Bandung, Jawa Barat.
Panglima TNI mengatakan bahwa Network Centric Warfare adalah metode peperangan yang berbasis pada konektivitas jaringan komunikasi dan data secara real time dari markas ke unit-unit tempur dan sebaliknya, untuk mempercepat proses pengambilan keputusan komando yang didasarkan pada data-data dan informasi terkini.
“Oleh karenanya dibutuhkan dukungan teknologi tinggi untuk memiliki kemampuan Network Centric Warfare, salah satunya adalah melalui program Interoperability Kodal yang sudah diajukan ke Kemhan melalui mekanisme pengadaan alutsista luar negeri,” ujarnya.
Panglima TNI menegaskan bahwa dalam konteks kekinian, Puspen TNI tidak lagi hanya sebagai institusi penerangan masyarakat tetapi sudah harus berubah menjadi media warrior yang melaksanakan media warfare untuk memenangkan opini publik.
Demikian juga dengan Siber TNI, Psikologi TNI, dan Koopssus TNI yang melaksanakan operasi-operasi khusus. “Upaya mencapai keberhasilan operasi TNI harus dicapai melalui segala lini dan dilaksanakan secara terintegrasi, dengan tujuan akhir adalah untuk keberhasilan pelaksanaan tugas pokok,” terangnya.
Panglima TNI juga menyampaikan bahwa spektrum ancaman yang sangat kompleks membutuhkan organisasi yang adaptif. Sebab, organisasi yang tidak responsif atau tidak adaptif dengan tantangan dan ancaman yang baru akan tenggelam dan digilas perubahan.
“Untuk menjadi organisasi yang adaptif, TNI membutuhkan perwira-perwira yang adaptif pula. Perwira yang tidak alergi dengan perubahan, mampu melihat trend, bersinergi, dan tidak berpikiran sempit,” tegasnya.
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, perlu ada perubahan mindset para perwira bahwa situasi saat ini sangat dinamis, cepat berubah, dan membutuhkan respons tinggi.
“Tidak ada lagi zamannya para komandan santai-santai dan berleha-leha di kursi komandan. Komandan harus turun ke lapangan, melihat fenomena dan trend perubahan ancaman, kondisi masyarakat, anak buah, dan berpikir antisipatif,” tuturnya.
“Terlebih dengan dunia gadget dewasa ini. Jangan kemudian komandan hanya sibuk dengan gadgetnya, abai terhadap perkembangan anak buah. Pembinaan anggota tidak dapat dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab setiap Dansat,” tambahnya.
Di akhir pembekalannya, Panglima TNI mengingatkan bahwa pendidikan semacam Sesko TNI dan Sesko Angkatan harus dapat mencetak sumber daya manusia unggulan berupa perwira-perwira yang berkualitas.
“Pembinaan para personel tersebut harus berdasar pada merit system, the right man on the right place, serta memperhatikan kemampuan dan prestasi,” tandasnya. (jpp)