Indovoices.com- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro akan perkuat kolaborasi riset antara Indonesia dan Belanda mulai tahun depan. Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri Opening Remark of the Holland Alumni Reception 2019 di Kedutaan Besar Belanda Jakarta.
Kerja sama riset antara kedua negara telah berlangsung hampir dua dasawarsa. Kerja sama kembali diperkuat dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding- MoU) antara Indonesia dan Belanda di bidang Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan pada tanggal 22 April 2016 di Den Haag. Terdapat lima belas bidang kerja sama yang disepakati, diantaranya meliputi pangan pertanian; energi; pengelolaan air dan sanitasi; transportasi, logistic dan infrastruktur; maritime, dll.
Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan tersebut, telah dilakukan pertemuan ‘The 1st Indonesia- Netherlands Joint Working Group (JWG) on Higher Education and Science (HES)’ di Jakarta, 13 Februari 2017 yang diantaranya menyepakati (i) identifikasi langkah kedua negara dalam mempersiapkan sumber daya manusia morning (peneliti, dosen, pelajar) berkualitas bagi dunia; (ii) kolaborasi riset dan inovasi yang fokus dan intensif serta (iii) sinergi dalam pendanaan untuk pelaksanaan program kerjasama bilateral. Kedua Menteri menyatakan dukungannya dalam pelaksanaan program kerjasama bilateral.
Menteri Bambang memastikan bahwa akan ada topik riset yang akan dikerjakan oleh Indonesia dan Belanda, sehingga diharapkan kedua negara dapat saling terlibat dan belajar satu sama lain.
“Juni tahun depan ada semacam kolaborasi antara institusi Belanda dan Indonesia yang fokus pada riset. Kami ingin mendorong adanya research collaboration (kolaborasi riset) antara Indonesia dan Belanda,” ujar Menteri Bambang
Beliau menambahkan, kolaborasi riset antarkedua negara akan melibatkan perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ingin terlibat dalam kolaborasi itu. Diketahui, pemerintah mendorong mahasiswa dan peneliti untuk menguatkan riset dan inovasi, guna melahirkan startup sebagai bagian dari upaya menciptakan enterpreunership.
“Startup berbasis teknologi dan informasi atau yang disebut technoprenuer harus banyak diciptakan di Indonesia, mengingat kuatnya persaingan startup di pentas global. Kenapa ini penting, karena ke depan profesi yang sifatnya rutin atau mekanistik akan digantikan oleh mesin atau komputer. Maka kita harus memiliki sesuatu yang berbeda, yakni kreativitas dan insting atau naluri,” tandas dia.
Dalam sambutannya, Menteri Bambang juga meminta kepada mahasiswa untuk mengambil pelajaran dari tutupnya Yahoo Groups. Dia menyebut tutupnya Yahoo Groups menjadi bukti ketatnya persaingan di dunia teknologi digital saat ini. Seperti diketahui, Yahoo merupakan laman email paling populer sejak tahun 90-an.
“Bayangkan, salah satu bisnis tren di era 90-an dan sekaligus pioner email dan mesin pencari, tutup. Ini babak baru kompetisi, kalian harus siap jika tidak ingin kehilangan pekerjaan,” ucapnya.
Karena itu, agar tidak tersisih dari persaingan ketat di pentas global, beliau memandang mahasiswa perlu membekali dirinya denagn pengetahuan yang lebih maju, serta teknologi yang lebih canggih. Sebab, dengan cepatnya perkembangan teknologi dewasa ini perubahan sudah bukan lagi menghitung puluhan tahun, melainkan hanya hitungan tahun atau bahkan kurang dari satu tahun.
“Artinya, untuk bisa bersaing ke depan, selain harus serius juga harus jelas apa spesialisasi kita, adaptif, juga mau belajar,” ujar Menteri Bambang.
Dalam kegiatan ini turut hadir Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, Direktur Nuffic Nesso Peter van Tuijil, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Neil Semuel Rupidara, serta tamu undangan lainnya.(jpp)