Indovoices.com-Tafsir atau cara kita intrepretasi kejadian, gambar atau peristiwa membutuhkan wawasan, informasi dan paradigma kita berpikir. Tafsir atau intrepretasi itu dikatakan benar jika kita manafsir sesuai dengan sumber utama.
Salah satu contoh kejadian yang multitafsir adalah ketika ketua umum Partai Nasdem Surya Paloh berangkulan dengan Ketua umum Partai Keadilan Sejahtera. Makna, motivasi, maksud dan makna dibalik rangkulan yang paling mengetahuinya adalah Surya Paloh dan ketua umum PKS. Kemudian orang dekat Surya Paloh dan ketua umum PKS, terutama yang hadir ketika berangkulan.
Bagaimana menafsir makna rangkulan agar dekat dengan makna yang sebenarnya?. Sejatinya, minimal ada orang dekat Surya Paloh atau ketua umum PKS yang hadir ketika kejadian. Jika tidak, tidak perlu berkeras menafsirkan secara paksa. Karena akan bias. Mengaitkan dengan peristiwa-peristiwa lain hasil tafsir bisa terjun bebas. Hasil tafsir bisa menjadi bahan tertawaan bagi yang mengerti betul makna dan yang melihat langsung ketika rangkulan. Ibarat kecelakaan di jalan raya, yang paling tau kejadian adalah orang yang melihat kejadian. Keliru jika ahli transportasi yang berkomentar soal kejadian itu, bukan?.
Jika kita ingin menafsir hal hal seperti rangkulan ini, minimal kita memiliki orang yang kita percaya dan dekat dengan Surya Paloh dan ketua umum PKS. Informasi harus akurat. Jika tidak, tafsir atau pendapat anda akan bias.
Di era medsos ini ada sikap yang harus kita lakukan yaitu tidak mudah berkomentar tanpa data dan fakta yang akurat. Selain data dan fakta ada lagi sikap atau paradigma yang harus kita miliki. Sikap itu adalah melihat bingkai secara utuh dan berwawasan kebangsaan.
Coba kita melihat secara jernih bahwa Nasdem dan PKS berbeda aliran politik. Juga berbeda sikap kepada pemerintah. Nasdem pendukung pemerintah dan PKS di luar pemerintahan. Apakah ada sikap yang lebih baik ketika Surya Paloh datang ke kantor PKS yang berbeda posisi?. Apa alasan kita untuk mengatakan kunjungan dua pimpinan yang berbeda posisi adalah buruk?. Bagaimana kita memahami dan melihat bingkai kebangsaan kita?.
Karena itu, dalam menafsir kita butuh informasi yang akurat, wawasan kebangsaan kita dan paradigma berpikir kita. Selain itu, hati dan semangat kita tulus dan melihatnya dari kepentingan bangsa. Dengan demikian, negeri kita aman dan tentram.
*Gurgur Manurung pengamat sosial dan lingkungan.