Entah mengapa bila menyebut nama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, maka akan mengingatkan saya akan nama Laksamana Malahayati, yaitu seorang laksamana wanita terhebat yang pernah dimiliki Kesultanan Aceh, bahkan disebut-sebut sebagai laksamana wanita pertama di dunia yang belum lama ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 6 November 2017 yang lalu.
Kedua-duanya adalah wanita yang tangguh, bila Laksamana Malahayati berkali-kali berhasil mengalahkan Portugis dan Belanda di perairan Selat Malaka. Bahkan berhasil membunuh Cornelis de Houtman melalui perkelahian satu lawan satu di atas geladak kapal. Maka Menteri Susi berhasil menenggelamkan ratusan kapal pencuri ikan yang rekornya bahkan diakui oleh pemerintah Amerika Serikat mengalahkan jumlah kapal yang mampu ditenggelamkan oleh US Navy (Angkatan Laut Amerika).
Sudah sejak lama perairan Indonesia yang kaya akan hasil ikan dan kekayaan lautnya menjadi incaran kapal-kapal pencuri ikan dari negara-negara tetangga dan dibiarkan selama bertahun-tahun. Tidak adanya tindakan tegas, bahkan pemerintah saat itu terkesan menutup mata pura-pura tidak tahu, hal ini membuat kapal pencuri ikan merajalela. Bukan hanya ikan, bahkan pasir pun pernah dikeruk dan diangkut ke Singapura untuk kepentingan reklamasi negara pulau tersebut.
Beruntung republik ini segera dipimpin oleh Jokowi sebagai pemenang pemilu tahun 2014. Secercah harapan pun muncul, apalagi ketika Jokowi memilih Susi Pudjiastuti sebagai orang nomor satu di KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan).
Tanpa perlu waktu yang lama, beliau sudah mulai menunjukkan hasil kerjanya dengan menenggelamkan 3 kapal pencuri ikan dari Vietnam di kawasan Terempa, Riau pada bulan Desember 2014. Ke tiga kapal tersebut diledakkan hingga tenggelam, setelah berhasil ditangkap satu bulan sebelumnya. Sedangkan awaknya di deportasi kembali ke negaranya. Sejak itu hingga sekarang, dalam kurun waktu 3 tahun, total kapal yang ditenggelamkan sudah mencapai 317 kapal (data per 31 Oktober 2017). Jumlah 317 kapal itu di dalamnya termasuk 81 kapal yang ditenggelamkan secara serentak pada tanggal 1 April 2017 kemarin.
Dari 81 kapal pencuri ikan yang berhasil ditenggelamkan, 46 kapal berbendera Vietnam, 18 berbendera Filipina, 11 kapal berbendera Malaysia, dan 6 kapal berbendera Indonesia. Para anak buah kapal pencuri itu berasal dari berbagai negara, seperti Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Filipina, China, dan Indonesia.
Kapal KKP juga pernah terlibat kejar-kejaran dengan kapal nelayan China yang berhasil meloloskan diri karena dilindungi oleh Coast Guard mereka.
Dan berita terbaru adalah Silver Sea 2, milik Thailand yang mengangkut 3.000 ton ikan curian dari perairan Indonesia berhasil disita oleh Menteri Susi, setelah memenangkan gugatan di pengadilan, ikannya dilelang dengan nilai 21 miliar rupiah yang kesemuanya disumbangkan untuk negara.
Karena prestasinya, berbagai penghargaan pun mampu diraihnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Kekayaan laut Indonesia pun mengalami peningkatan yang sangat pesat mencapai 100% dari kondisi sebelumnya, efeknya tentu saja tangkapan para nelayan Indonesia juga bertambah, bukan hanya secara jumlah namun kualitas juga meningkat yang secara otomatis meningkatkan taraf hidup para nelayan karena bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi dan lebih banyak.
Sepak terjang seorang Susi Pudjiastuti bukannya tanpa kendala, mulai dari Coast Guard negara asing yang sering menghalangi penangkapan terhadap kapal pencuri ikan asal negaranya, hingga lobi-lobi, tekanan-tekanan yang dilakukan oleh mafia ikan dalam negeri juga sudah pernah dialami dirinya. Salah satunya dengan menghasut para nelayan untuk melakukan demo memprotes keputusan Menteri Susi yang melarang penggunaan cantrang walaupun kemudian berhasil ditengahi oleh Presiden Joko Widodo.
Namun demikian, Menteri Susi tak pernah gentar. Ia berkomitmen menjalankan visi misi Presiden Joko Widodo yaitu menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, dan laut adalah masa depan bangsa.
Diluar sepak terjangnya yang menakutkan bagi para pencuri ikan. Sama seperti Jokowi yang menjadi atasannya, seorang Susi Pudjiastuti adalah pribadi yang sederhana dan dekat dengan rakyat. Dia tidak segan duduk lesehan sambil ngopi dan ngobrol dengan para nelayan. Dia juga tidak jaim, bisa tidur dimana saja, bila lelah, bahkan di bangku bandara yang sempat viral beberapa waktu yang lalu dan menuai pujian netizen.
Jadi bila ada orang-orang yang menuding pemerintahan Jokowi itu pro asing dan aseng, itu sama sekali tidak berdasar. Dari sepak terjang seorang Susi Pudjiastuti telah membuktikannya, tidak perduli dari mana kapal itu berasal, selama melakukan illegal fishing pasti akan berhadapan dengan Susi Pudjiastuti Sang Laksamana Malahayati-nya Indonesia modern.