Indovoices.com- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto didampingi Kasum TNI Letjen Joni Supriyanto, Irjen TNI Letjen M Herindra, serta Danjen Akademi TNI Laksdya Aan Kurnia meresmikan Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Panglima TNI mengatakan bahwa Jenderal Besar Soedirman tidak hanya seorang Panglima Besar, melainkan juga sebagai Bapak TNI serta peletak nilai-nilai dasar TNI yang masih menjiwai setiap pelaksanaan tugas TNI, baik di dalam maupun luar negeri.
“Nilai-nilai kepemimpinan dan keprajuritan beliau menjadi suri tauladan tidak hanya bagi seluruh prajurit TNI, tetapi juga bangsa Indonesia secara keseluruhan,” ucapnya.
Panglima TNI menjelaskan bahwa Jenderal Besar Soedirman juga merupakan sumber inspirasi, motivasi, dan semangat yang seakan tidak pernah habis kecintaan dan kemanunggalannya dengan rakyat yang mewarnai perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan menjadi bukti nyata betapa kemanunggalan TNI dan rakyat adalah kekuatan yang sangat dahsyat.
“Kita semua sebagai generasi penerus perjuangan beliau serta pahlawan-pahlawan bangsa harus dapat meneladani Jenderal Besar Soedirman dalam setiap pelaksanaan tugas. Perjuangan kita saat ini memang berbeda dengan perjuangan beliau. Namun perjuangan TNI dan bangsa Indonesia saat ini dan di masa mendatang menentukan masa depan bangsa dan negara,” tuturnya.
Panglima TNI juga menuturkan bahwa sebagai alat pertahanan negara, TNI tidak hanya dituntut untuk meningkatkan profesionalismenya, tetapi juga menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
“TNI juga harus menjadi agen perubahan dan bersinergi dengan seluruh komponen bangsa agar seluruh potensi menjadi kekuatan yang nyata. Hal itu tidak mudah tetapi harus kita laksanakan,” tandasnya.
Monumen yang diresmikan ini lebih besar dari monumen yang sebelumnya. Adapun monumen Patung Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan ukuran tinggi patung 6,3 meter, tinggi landasan patung 4 meter, total ketinggian 10,3 meter, dengan berat 2 ton, dan terbuat dari tembaga ini dibuat oleh seniman Dunadi di studio Santiaji Jogjakarta. (jpp)