Indovoices.com –Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo memberikan jawaban kepada Rizal Ramli yang sebelumnya bertanya kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi, terkait utangdan bunga utang negara.
Jawaban itu dilayangkan Yustinus melalui akun Twitter resminya, @prastow, Jumat, 20 November 2020. Menurutnya, imbal hasil atau yield dari utang Indonesia justru turun dari 7,03 persen pada awal tahun menjadi 6,15 persen pada November 2020.
Dia juga mengklarifikasi bahwa pinjaman dari Australia dan Jerman tidak diperoleh RI dari mengemis, melainkan sebagai wujud persahabatan antarnegara, terutama di tengah pandemi Covid-19. Hal itu didukung fakta bahwa pinjaman itu bertenor panjang dan bunganya rendah.
“Meski diblok, saya jawab Bang Rizal Ramli: Yield atau bunga utang kita justru turun, dari 7,03% di awal tahun menjadi 6,15% di Nov 2020. Ngemis? Pinjaman Australia dan Jerman itu wujud persahabatan dan solidaritas tangani pandemi, maka tenornya panjang dan bunga rendah,” demikian cuitan Yustinus Prastowo.
Pada Jumat lalu, Kedutaan Besar Republik Federal Jermanmengumumkan penandatangan perjanjian utang senilai 550 juta euro atau setara Rp 9,1 triliun untuk Indonesia. Adapun pada 12 November lalu, Indonesia memperoleh pinjaman senilai AUS$ 1,5 miliar atau Rp 15,4 triliun (kurs Rp 10.300) dari Australia.
Sebelumnya Rizal Ramli, melalui akun Twitter resminya, @RamliRizal, mengajukan pertanyaan kepada presiden. Menurutnya, bunga utang negara semakin mahal.
Hal itu, jelasnya, terbukti dengan langkah RI membayar bunga utang melalui pinjaman atau utang baru. Dia menuding strategi pinjaman itu sebagai ‘pengemis utang bilateral’.
“Mas @jokowi, mau dibawa kemana RI ? Surat utang bunganya semakin mahal. Untuk bayar bunga utang saja, harus ngutang lagi. Makin parah. Makanya mulai ganti strategi jadi “pengemis utang bilateral” dari satu negara ke negara lain,, itupun dapatnya recehan itu yg bikin ‘shock’.,” demikian tulisan Rizal Ramli di Twitter.(msn)