Indovoices.com –Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mewaspadai ancaman resesi setelah Singapura mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. Meski begitu, Sri Mulyani menyebut sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia maupun Singapura cukup berbeda.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini menceritakan ekonomi Singapura sangat bergantung pada perdagangan internasional. Ketika terjadi pembatasan sosial akibat pandemi covid-19, semua kegiatan perdagangan internasional terhenti sehingga Singapura kehilangan sumber ekonominya.
“Peranan dari global demand sangat besar, karena dia ekonominya kecil sehingga domestic demand-nya tidak bisa menyubstitusi. Oleh karena itu penurunan dari Singapura sangat besar, karena memang tidak terjadi perdagangan internasional,” kata dia usai rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta.
Sementara bagi Indonesia, sumber pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tingkat konsumsi, investasi, dan ekspor. Walaupun berbeda dengan Singapura namun pemerintah tetap mewaspadai ancaman resesi, sehingga seluruh instrumen disiapkan guna menjaga perekonomian.
“Hari ini pemerintah menggunakan seluruh mekanisme anggarannya untuk menyubstitusi pelemahan di sisi konsumsi dan di sisi investasi maupun ekspor. Namun tentu APBN enggak bisa berjalan sendiri, makanya kemarin pemerintah menggalakkan supaya sektor perbankan segera pulih,” jelas dia.
Pemerintah telah melakukan penempatan dana di bank yang tujuannya mendorong kegiatan ekonomi bisa bangkit kembali. Program pemulihan ekonomi nasional dijalankan dengan melibatkan berbagai sektor, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun korporasi.
“Makanya kita menggunakan penempatan dana pemerintah di perbankan dengan suku bunga rendah, kita meluncurkan kredit yang diberikan jaminan sehingga antara bank dan korporasi terutama UMKM mereka segera pulih kembali, karena itu salah satu darah dari perekonomian, mesinnya supaya bisa jalan lagi,” pungkasnya.(msn)