Indovoices.com-Sektor manufaktur Indonesia mengalami pukulan yang berat selama masa pandemi virus corona. Kondisi produksi yang terhenti menyebabkan permintaan manufaktur juga mengalami kelesuan yang parah.
IHS Markit melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada April 2020 ini ada di angka 27,5. Angka itu jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, kondisi manufaktur Indonesia ini sebagai pelemahan yang relatif parah sepanjang sejarah dan perlu diwaspadai.
“Indonesia itu di angka 27, ini paling dalam dibandingkan negara di Asia seperti Jepang dan Korsel,” ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Banggar DPR RI.
Kondisi manufaktur yang anjlok ini, kata Sri Mulyani, menjadi salah satu faktor penekan ekonomi kuartal I tahun 2020 di Indonesia akibat pandemi virus corona.
“Tidak ada yang tahu kapan akan kembali aktivitasnya dan kapan akan berjalan normal,” ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya menekankan pemerintah saat ini terus berupaya untuk bisa mengatasi COVID-19. Salah satu yang menjadi fokusnya ialah melakukan pencegahan dan penanganan atas pandemi corona di pusat pandemi yang kini dikhawatirkan mulai bergeser ke daerah-daerah di Indonesia.
“Jangan sampai Indonesia mengalami efek ping pong masuk lagi ke Jakarta dan keluar lagi ini jadi masalah menantang di daerah masing-masing,” tegasnya. (msn)