SONTOLOYO itu adalah Bahasa Paling Sopan, saya pertama kali mendengar kata kata itu sewaktu saya SD, Setiap saya lupa mengerjakan tugas Matematika, Guru saya selalu memaki Sontoloyo. Apakah saya sakit hadi? Tidak, karena itu bahasa paling crispy dan sopan, dibandingkan Goblok, Tolol, Bego dan sejenisnya. Mari kita buktikan bersama sama, kenapa itu Kata paling Sopan
Mari kita mulai dengan Telenovela Ratna Sarumpaet seolah olah dianaya dan berakhir faktanya di Oplas. Kita mulai dengan kisah Drama yang seru dimana Drama Korea saja kalah seru. Teriakan dan hujatan ke pemerintah seolah olah Pemerintah tak berdaya ketika ada seorang Aktivis perempuan dianiaya dan dibumbui dengan Kisah intrik intrik Press Conference baik LIVE di TV maupun, bahkan spanduk untuk demo berjilid jilid sudah dipersiapkan, tinggal tunggu komando pusat. Namun Gusti Ora Sare, Ratna kena kutuk sama Tuhan, Mulutnya yang terbiasa menyebar hoax, mendadak berbicara kejujuran “Berita Penganiayaan tidak benar. Saya Operasi Plastik. Saya Tukang Hoax terbaik” mendadak menggegerkan dunia persilatan di kubu sebelah, semua mendadak diam, semua mendadak bisu, coba tanyakan kepada Rumput yang bergoyang, kata Ebiet G Ade. Naskah berubah skenario dari yang tadinya membela Aktivis dari Rezim yang diktator menjadi “Korban Kebohongan Ratna”, kami tidak bersalah, kami adalah Korban dan sejenisnya. Apa lagi kalau itu bukan Sontoloyo?
Kemudian isu berubah dari yang jadinya Teman menjadi Lawan. Ratna dipecat jadi Timses. Kemudian berubah isu bahwa Ratna adalah Penyusup. Ratna adalah pendukung Jokowi. Sontoloyo? Iya Sontoloyo bingit kalau kata anak muda zaman Now. Foto Ratna Sarumpaet bersama Rio Dewanto yang mengenakan baju Kotak kotak viral di dunia maya dan ingin membuktikan kalau Ratna adalah pendukung Jokowi dan Ahok di tahun 2014, bahkan berlanjut di Pilpres 2014. Ini diperkuat oleh sentilan Hidayat Nur Wahid, petinggi PKS. Netizen untungnya sudah pada cerdas, Foto Ratna Sarumpaet bersama Rio Dewanto mengenakan baju kotak kotak ada kelanjutannya, yaitu Foto Prabowo Subianto mengangkat tangan Jokowi dan Ahok dan mereka semua mengenakan baju kotak kotak. Jadi bagaimana Pak Hidayat? Apakah Pak Prabowo penyusup dan mata mata juga dari kubu Jokowi? Sontoloyo!.
Polisi sedang Fokus ke kasus Ratna, tetapi nampaknya ada yang doyan bermain celah, sehingga karena buntu, isu agama dipergunakan lagi. Ada oknum yang mengibarkan bendera di Acara Hari Santri Nasional, padahal jelas jelas ada pengumuman sebelum acara dilaksanakan bahwa dilarang mengibarkan bendera apapun kecuali Bendera Sang Saka Merah Putih. Trus maksudnya apa mendadak ada bendera HTI yang mendadak dikibarkan oleh oknum HTI dan tiba tiba disetir seakan akan tindakan selanjutnya dimana ada beberapa oknum Banser yang membakar Bendera HTI dibuat ada skenario penistaan kalimat TAUHID yang memang disematkan di bendera, lalu Petinggi HTI tiba tiba mengaku HTI tidak punya bendera sehingga ingin dibuatkan skenario bahwa kesalahan di Banser.
Kisah detail sudah dibahas pembaca lainnya, tapi yang embuât saya ingin berteriak SONTOLOYO lagi, kubu sebelah, Prabowo CS malah berkomentar seakan akan yang membakar itulah yang ingin mengadu domba. Ini jelas SONTOLOYO sekali, karena perlu diketahui BANSER itu sudah ada duluan dan melindungi NKRI dari hal hal semacam HTI ini bahkan jauh sebelum bermunculan HTI HTI aktivis kayak sekarang ini. Apakah Jokowi Intervensi? Tidak, Jokowi menyerahkan semuanya kepada Kepolisian, PBNU dan ormas ormas islam yang masih cinta NKRI untuk menentukan isu itu. Sekali lagi, itu bukti SONTOLOYO.
Presiden tetap kerja kerja kerja, hal ini dibuktikan oleh Presiden dengan membebaskan Tol Suramadu menjadi Jembatan Suramadu Non Tol alias GRATIS TIS TIS. Sekali lagi, kubu Prabowo Sandi cs seperti cacing kepanasan, meneriakkan pencitraan, bahkan ada fitnah keji yang bilang bahwa penggratisan ini karena Pak Luhut Binsar Panjaitan, salah satu menterinya mau buat lahan tebu di Madura. Lah ini lebih lucu, itu kan bisnis pribadinya LBP, Jika memang sesuai yang dituduhkan, buat apa ada penggratisan? Bayarin aja usaha pak LBP pakai dana APBN dan Jembatan Suramadu tetap berbayar. Faktanya kan tidak begitu! Jembatan Suramadu digratiskan dan yang menikmati tidak cuman pejabat tukang nyinyir kayak kubu sebelah yang ingin ke Madura, terapi juga semua rakyat indonesia yang ingin pulang pergi Madura Surabaya. Sekali lagi, Politik Fiona dipakai lagi dan itu sangat sangat SONTOLOYO.
Belum lagi ada nyinyiran sewaktu Dana Desa diperkenalkan dan sekarang ada lagi Dana Kelurahan, dibilang pencitraan, padahal yang menikmati Rakyat. Sekali lagi Politik SONTOLOYO dipergunakan lagi.
Apakah Presiden disuruh berhenti membuat kebijakan ? Kubu sebelah pastinya bilang YA, karena mereka panik jika elektabilitas Jokowi Maruf makin diatas. Mereka iri karena mereka kubu SONTOLOYO.
Sebagai Rakyat, saya mendukung penuh semua kerja Pak Presiden Jokowi. One Thumb Up untukmu Pak Jokowi. Kinerjamu memang sesuai sekali dengan Gaya salam pak Jokowi terbaru. One Thumb Up
#2019OgahGantiPresiden, #2019TetapJokowi, #JokowiOneThumbUp