Indovoices.com –Vaksinasi corona atau COVID-19 akan mulai dilakukan dalam waktu dekat kepada kelompok-kelompok prioritas, seperti tenaga kesehatan hingga aparat keamanan yang jadi garda terdepan. Diperkirakan, pemberian vaksin akan dilakukan pada Januari-Februari 2021.
Namun, saat ini pemerintah masih menunggu pemberian izin darurat (emergency use authorization/EUA) dari BPOM sebelum pemberian vaksin corona. Sebab, pemerintah sudah berjanji akan memberikan vaksin yang benar-benar aman, terbukti khasiat serta kehalalannya.
Sambil menunggu izin darurat tersebut, pemerintah terus menggencarkan persiapan vaksinasi, mulai dari logistik, SDM hingga sosialisasi secara massif.
Sehingga, diharapkan seluruh masyarakat yang jadi sasaran penyuntikan mau menerima vaksin, dan ditargetkan mencapai herd immunity (kekebalan kelompok), dengan minimal 70 persen penduduk divaksin.
Terbaru, sekelompok relawan yang menamakan Kawan Vaksin resmi dilantik. Beberapa relawan tersebut juga sebelumnya menjadi bagian dari relawan Satgas COVID-19 bersama BNPB. Mereka diharapkan bisa membantu pemerintah dalam menyosialisasikan program vaksinasi.
Kawan Vaksin Resmi Dilantik
Koordinator Gerakan Kawan Vaksin, dr Iswanto, mengungkapkan komunitas Kawan Vaksin terdiri dari dari puluhan organisasi, komunitas dan relawan di seluruh Tanah Air. Komunitas ini sudah dibentuk sejak 28 Oktober 2020.
“Kawan vaksin inisiatif masyarakat sipil untuk bantu upaya vaksinasi, sekarang kita dihadapi vaksin COVID-19,” kata Iswanto dalam pelantikan Kawan Vaksin secara daring, Sabtu (19/12).
Dalam perjalanannya, Kawan Vaksin ini bekerja sebagai relawan Satgas COVID-19 BNPB. Salah satu tugasnya yakni membangun partisipasi masyarakat dalam protokol kesehatan.
“Kita berpikir apa lagi yang dibutuhkan untuk bantu pemerintah waktu itu kita harus bantu vaksin. Karena secara eksisting cakupan di Indonesia dari dulu masih rendah,” jelas dia.
Pembentukan Kawan Vaksin ini pun mendapatkan apresiasi, salah satunya dari Kepala BPOM Penny Lukito. Penny ikut menaruh harapannya kepada Kawan Vaksin untuk membantu sosialisasi dan pengawasan proses vaksinasi.
“Saya menaruh harapan besar kawan vaksin mendukung vaksinasi, dapat jadi mitra BPOM dalam pelaksanaan vaksinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya. Keberhasilan vaksinasi akan jadi keberhasilan kita sebagai bangsa dan masyarakat dunia. Dan ini hanya dapat kita capai dengan kerja sama mendukung pemerintah dalam vaksinasi COVID-19,” tutur Penny.
Relawan Diharapkan Bantu Sosialisasi Vaksinasi
Anggota Komisi IX DPR Yahya Zaini mengungkapkan masih ada 37 persen masyarakat ragu untuk menerima vaksin corona. Ini menjadi tantangan pemerintah untuk menggencarkan lagi komunikasi publiknya, sehingga ada kemauan dari masyarakat untuk divaksin.
“Di era sistem demokrasi terbuka masyarakat lebih percaya pada media sosial dari kebijakan resmi pemerintah. Penting sosialisasi masif dan intensif,” ucap Yahya.
Menurutnya, kehadiran relawan seperti Kawan Vaksin ini bisa sangat dilibatkan untuk sosialisasi. Khususnya bagi warga yang masih ragu atau tidak mau menerima vaksin COVID-19.
“Dalam sosialisasi melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, agama, perguruan tinggi dan melibatkan sebanyak mungkin relawan. Peranan relawan tak hanya vaksinasi, justru sadarkan masyarakat berikan informasi agar masyarakat mau menerima divaksinasi,” tutur dia.
Figur Publik Bisa Jadi Kunci Sukseskan Vaksinasi
Masih banyaknya masyarakat yang tidak percaya vaksin corona, maupun tak ingin divaksin, membuat pemerintah harus menyiapkan berbagai strategi. Salah satunya bisa melibatkan figur publik untuk ikut sosialisasi meyakinkan masyarakat.
“IDI sudah mau menjadi subjek pertama vaksinasi, kalau semakin banyak tokoh atau figur saya yakin yang menolak vaksinasi degan alasan rasional, bisa kita balik untuk menerima vaksin,” kata Ketua Umum IDI, Daeng M Faqih.
Daeng menilai figur publik bisa menjadi kunci dalam menyukseskan vaksinasi. Sebab, masyarakat Indonesia cenderung paternalistik.
“Masyarakat paternalistik kurang mudah percaya kalau verbal nya kurang kuat. Jadi pemimpin jika divaksin pertama ini akan memberikan shock terapi jika vaksin aman. Jadi tugas utama kawan vaksin bertanggung jawab jangan hanya mengadakan seminar tapi juga mengumpulkan publik figur yang mau divaksin pertama,” tutur dia.
Sosialisasi Lewat Media Sosial
Pemerintah dinilai bisa memanfaatkan media sosial untuk mensosialisasikan soal vaksinasi COVID-19. Mengapa?
Rupanya, dari hasil survei Kemenkes, masyarakat cenderung ingin mendapat informasi terkait vaksin corona paling banyak dari media sosial.
“Yang paling banyak media sosial 54% (dalam data 53,88 persen) memilih gunakan medsos karena sebagian masyarakat Indonesia sudah mengakses penggunaan HP dan daring,” ujar juru bicara vaksinasi Corona dari Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.
“Juga survei ini online sehingga menyasar kepada orang-orang yang punya akses internet. Tetapi media cetak, elektronik, TV, masih jadi favorit sebagai jalur informasi lainnya,” lanjutnya.
Jamin Keamanan Vaksin Corona
dr Siti meminta masyarakat agar tidak meragukan vaksin yang akan didapatkan. Sebab, 6 kandidat vaksin corona yang akan dipakai di Indonesia sudah dipastikan keamanannya lewat serangkaian uji klinis.
“Masih ada masyarakat tidak yakin keamanannya, kita pastikan vaksin yang sudah melewati uji klinis tahap I keamanannya sudah terjamin. Uji klinis tahap II dan III lebih ke efektivitas dan efek samping,” kata Siti.
Seluruh kandidat vaksin corona yang akan dipakai di Indonesia, termasuk Sinovac, saat ini sedang merampungkan uji klinis fase III yang lebih menguji efikasi atau khasiatnya. Sehingga, ia menjamin vaksin corona yang diberikan aman untuk disuntikkan ke manusia.
“Kita dalam menentukan target cakupan tergantung pada efikasi vaksin, ini kita tunggu uji klinis III. Kalau sebuah vaksin punya efikasi 80 persen, maka target cakupan imunisasi butuh 75 persen,” tutur Siti.
23 Ribu Nakes Dilatih Vaksinator
Dalam persiapan SDM, Kemenkes telah menyiapkan puluhan ribu tenaga vaksinator yang dilatih untuk memberikan vaksinasi kepada masyarakat. dr Siti menyebut setidaknya sudah 23.145 tenaga kesehatan puskesmas di sejumlah provinsi di Indonesia.
“Kami sudah melatih 23 ribu tenaga kesehatan puskesmas dan terus ditingkatkan,” ucap dr Siti.
Ia menjelaskan, target awal rasio pelayanan vaksinasi 1:20, atau satu vaksinator melayani 20 masyarakat penerima vaksin. Namun, dengan semakin ditambahnya nakes yang dilatih, diharapkan ke depannya rasio bisa ditambah menjadi 1:40.
Jenis Vaksin Corona yang Beredar di RI Jangan Terlalu Banyak
Pemerintah Indonesia menetapkan 6 jenis vaksin corona yang akan dipakai di Indonesia, yakni vaksin produksi PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech, dan Sinovac.
dr Siti menjelaskan, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) telah meminta agar tidak terlalu banyak jenis vaksin corona yang akan digunakan di Indonesia.
“Diharapkan vaksin nasional tak terlalu banyak jenisnya. Sudah ada 6 jenis yang dapat digunakan, mungkin dapat bertambah dan mungkin bisa berkurang. Tapi tak terlalu banyak vaksin yang beredar di kita,” jelas Siti.
Meski begitu, 6 vaksin corona yang sudah ditetapkan Kemenkes ini jumlahnya masih mungkin berubah, bisa lebih banyak atau sedikit. Pemerintah masih terus memantau para kandidat vaksin COVID-19.
Apa Saja Tantangan Vaksinasi?
Penny Lukito kembali membeberkan tantangan pemberian vaksin kepada masyarakat Indonesia.
“Pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan massal dan dalam waktu yang dipercepat, ini jadi tantangan pemerintah dan kita bersama,” ucap dia.
Ia menuturkan, sejumlah negara saat ini sudah bersiap melakukan vaksinasi. Indonesia dalam waktu dekat juga akan melakukan hal yang sama.
Namun demikian, survei pemerintah terkait vaksinasi masih ada masyarakat yang ragu untuk melakukannya. Padahal, untuk mencapai herd immunity, minimal sekitar 70 persen populasi harus divaksinasi.
“Dan hal ini akan jadi tantangan bagi Indonesia sebagai jumlah penduduk yang cukup besar,” tutup Penny.(msn)