Indovoices.com-Industri tekstil dan pakaian jadi menunjukkan kinerja yang gemilang sepanjang tahun 2019 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,35%. Capaian tersebut menunjukkan perkembangan yang terus membaik di tengah tekanan kondisi ekonomi global. Pertumbuhan signifikan di sektor industri tekstil dan pakaian jadi ditopang oleh meningkatnya produksi pakaian jadi di sentra-sentra industri.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi prioritas dalam pengembangannya. Terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0, karena dengan pemanfaatan teknologi industri 4.0, akan mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien, kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta.
Menperin mengungkapkan, sektor industri tekstil dan produk testil (TPT) juga mencatat nilai ekspor sepanjang tahun 2019 yang mencapai USD12,9 miliar. Sebagai salah satu sektor padat karya, sektor tersebut telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,73 juta orang.
Oleh karena itu, Kemenperin menjalankan beberapa langkah untuk terus meningkatkan kinerja sektor tersebut, antara lain dengan mendorong perluasan akses pasar serta merestrukturisasi mesin dan peralatan. Jadi, untuk menggenjot daya saing industri TPT, banyak hal yang kami pacu. Misalnya, memudahkan ketersediaan bahan baku dan pasokan energi, sebutnya.
Sektor industri nonmigas lainnya yang juga tumbuh optimal pada 2019 adalah industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 8,86% yang sejalan dengan meningkatnya permintaan luar negeri. Selanjutnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 8,38% yang pertumbuhannya didorong oleh peningkatan produksi bahan kimia, barang dari kimia, serta produk farmasi, obat kimia, dan obat tradisional.
Kemudian, industri furnitur mencapai 8,35% yang dipengaruhi peningkatan permintaan luar negeri sehingga mendorong tumbuhnya ekspor. Sementara, industri makanan dan minuman dengan pertumbuhan stabil sebesar 7,78%, didukung oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.
Seperti disampaikan Badan Pusat Statistik, perekonomian global pada Triwulan IV-2019 diperkirakan masih lemah dan belum stabil akibat masih lemahnya perdagangan global dan investasi. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tumbuh sebesar 5,02% dibandingkan tahun 2018.
Optimis
Agus optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi, serta kinerja industri manufaktur Tanah Air yang akan terus membaik, bahkan mampu mencapai target pertumbuhan hingga 5,3%. Terlebih bila didukung dengan penetapan harga gas untuk industri yang diharapkan maksimal sebesar USD6 per million metric british thermal unit (MMBTU).
“Sebelumnya, kami menyampaikan tujuh isu di sektor industri yang harus ditindaklanjuti, apabila isu harga gas untuk industri bisa diselesaikan, pemerintah optimistis dengan target pertumbuhan sektor industri,” sebut Menperin.
Menperin mengungkapkan, selain itu kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas terhadap terhadap total PDB 2019 mencapai 17,58%. Angka tersebut menunjukkan bahwa sektor industri masih terus konsisten memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian nasional.
“Terlebih, aktivitas industri membawa efek ganda yang luas bagi peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” ucapnya.
Sementara itu, ekspor sektor industri pada Januari-Desember 2019 tercatat sebesar USD126,57 miliar dan menyumbang 75,5% dari total ekspor Indonesia. Lima sektor yang memberikan sumbangsih paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri pengolahan sepanjang tahun 2019, yaitu industri makanan yang menyetor hingga USD27,16 miliar atau berkontribusi sebesar 21,46%.
Selanjutnya, industri logam dasar USD17,37 miliar (13,72%). Berikutnya, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia tercatat USD12,65 miliar (10%), industri pakaian sebesar USD8,3 miliar (6,56%), serta industri kertas dan barang dari kertas yang menyetor USD7,27 miliar (5,74%).
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kinerja industri manufaktur, Kemenperin tengah menjalankan berbagai langkah strategis sebagai upaya meningkatkan nilai ekspor dari sektor industri pengolahan. Di antaranya melalui peningkatan daya saing dan penyiapan produk unggulan. Kemudian, pemanfaatan free trade agreement (FTA) seperti percepatan negosiasi FTA, perluasan ke pasar nontradisional, dan inisiasi FTA bilateral sesuai kebutuhan industri.
“Kami juga melaksanakan program promosi internasional melalui pendampingan promosi dan ekspor, meningkatkan kapasitas produsen untuk ekspor, serta melakukan link and match dengan jejaring produksi global. Selanjutnya, memberikan dukungan fasilitas seperti fasilitasi pembiayaan ekspor, pendampingan kasus unfair trading, dan penurunan hambatan ekspor (NTMs),” tegas Menperin.
Disamping itu, pada April 2020 mendatang Indonesia juga menjadi official partner country pada ajang Hannover Messe 2020 di Jerman. Kesempatan ini merupakan momentum baik untuk memperkenalkan kesiapan industri Indonesia di era industri 4.0, mempromosikan kerja sama investasi dan ekspor sektor industri, serta memperkuat kerja sama bilateral dengan Jerman maupun dengan negara-negara lain yang berorientasi pada inovasi teknologi.
Kehadiran pada perhelatan tersebut tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di ASEAN yang menjadi official partner country, tetapi juga mendukung upaya national branding atas posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru ekonomi dunia dan pemain manufaktur global,” tandasnya. (jpp)