Makam Mbah Priuk merupakan makam yang cukup terkenal, tidak hanya di tanah air, namun hingga keluar negeri, makam yang dikenal dengan nama Habib Hasan Muhammad Al Hadad merupakan tokoh yang dipercaya menyebarkan agama Islam di Jakarta. Lokasi makamnya terletak di kawasan Koja, Jakarta Utara, berdekatan dengan Terminal Peti Kemas Tanjung Priok yang dimiliki PT Pelindo II.
Makam Mbak Priuk mendapat perhatian Di zaman kepemimpinan Ahok-Djarot. Hal ini ditandai dengan berkunjungnya Ahok ke Makam Mbah Priuk atas undangan dari Habib Abdullah Bin Abdurrahman Alaydrus alias Habib Sting pada 12 Januari 2017. Ahok pun diajak berkeliling makam dan berziarah.
Dalam kesempatan itu pula, Ahok menyatakan Makam Mbah Priuk harus dijadikan tempat wisata ziarah Islam, terlebih tempat situs sejarah selalu memiliki keuntungan bila dijadikan tempat wisata ziarah. Ia pun meminta agar ahli waris dapat segera mengurus administrasi dan aspek legal tanah di wilayah itu.
Ketika itu Ahok menjanjikan kawasan yang akan menjadi tempat wisata ziarah agama Islam itu akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mumpuni. Tak tanggung-tanggung, lokasi itu akan dibuat berstandar internasional.
Bukan cuma itu saja, masjid dan alun-alun akan dibangun luas supaya dapat menampung banyak peziarah. Apalagi lokasinya yang strategis, dekat dengan akses jalan tol dan layang, sehingga memudahkan akses para peziarah.
Dari desain yang ditunjukkan oleh Ahok, terlihat kawasan makam akan dirombak sedemikian rupa. Selain masjid dan alun-alun yang akan dibangun luas, terdapat juga Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), taman terbuka, lapangan futsal, kandang, dapur, gudang, aula, toko dan klinik, serta lahan parkir yang luas.
Masjid pun akan dibangun di atas danau, sesuai permintaan desain dari ahli waris Mbah Priuk. Selain itu, bangunan masjid akan dibuat bergaya khas Ottoman.
“Saya mau menang atau kalah, akan bangun komplek ini”, demikian janji Ahok ketika itu.
Dan terbukti, janjinya dia tepati. Kini janji yang beliau sampaikan kepada Habib Sting ketika itu telah dilunasi. Walaupun dirinya kalah dalam Pilkada dan harus terpenjara, namun tidak pernah dijadikan alasan oleh Ahok untuk tidak menepati janji-janjinya. Hal yang sama juga dicuitkan oleh Gun Romli dalam akun twitternya.
(https://mobile.twitter.com/GunRomli/status/1010935651351400449)
Beda jauh bila kita mau bandingkan dengan Gabener dan Wakilnya sekarang. Dimana hobi mereka adalah menggelembungkan anggaran dan jalan-jalan keluar negeri. Belum satu tahun menjabat, sudah tiga kali pelesiran keluar negeri. Dua kali oleh si gabener dan kali ini oleh wakilnya, tentu saja namanya bagi mereka bukan pelesiran, tapi studi banding. Studi banding ke luar negeri hanya untuk belajar soal lampu merah?. Hahaha… Belum lagi studi bandingnya mengajak keluarga dengan fasilitas mewah yang dibayar menggunakan APBD DKI. Percayalah, sekembalinya mereka dari, hasilnya masih akan NOL BESAR. Terbukti dari kegiatan Gabener yang jalan-jalan keluar negeri, lantas apa hasilnya? ZERO.
Gak usah jauh-jauh, hari ini tanggal 25 Juni 2018, Kampung Melayu dan Cawang kebanjiran, adakah yang tahu kemana si gubernur?. Ketika baru menjabat, pasang gaya mengunjungi daerah banjir dan memeriksa tanggul. Sekarang? Batang hidungnya pun tidak kelihatan, entah wartawan yang lupa meliput atau si gubernur lagi meringkuk kedinginan di balai kota, setidaknya sampai artikel ini saya publish belum ada media yang memberitakan apa yang sedang dilakukan si gubernur terkait banjir tersebut.
Dari Ahok kita bisa belajar, kalah dan terpenjara bukan berarti kita tidak dapat melakukan apa-apa lagi untuk masyarakat. Sebaliknya, menang dan bebas juga belum tentu mampu berbuat banyak untuk masyarakat, terutama bila kemenangan itu diperoleh dengan cara-cara kotor. Pada akhirnya yang menang pun serasa dipenjara, tersandera oleh janji-janji politiknya. Dan sialnya dari dalam dirongrong oleh para pendukungnya yang minta jatah, sementara dari luar, gerak-geriknya tidak pernah lepas dari sorot mata masyarakat.
Trailer Makam Mbak Priok
https://youtu.be/2TMRwSLmxuk