Indovoices.com-Pagi-pagi benar ada telpon dari adik kelasku Raya Deswanto Nainggolan. Kami satu almamater di kampus ketika kuliah dulu. Selain adik kelas di kampus, kami juga sama-sama kader di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan pernah aktif di persekutan kampus yang dibina Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) di Pekanbaru. Lae Raya (demikian saya panggil) menceritakan ada adik temanya salah satu yang positif hasil rapid test dari 48 di Tarutung. Apa yang dapat kita bantu bang?.
Saya bingung dan gemetar juga mendengar telepon sahabat saya yang saya kenal sangat serius menangani berbagai hal. Kalau telpon dari lae yang satu ini sangat serius. Mengapa?, karena dia sangat serius melakukan apa yang dia pikirkan. Di tengah kebingungan, saya ceritakan teman-teman kami yang pernah aktif di Perkantas yang sembuh. Kaka Luci Siahaan yang alumni sastra USU sembuh dengan isolasi mandiri. Bapak Yoel Indrasmoro yang alumni IPB dan melanjutkan kuliah di STT Jakarta yang kini menjadi pendeta Gereja Kristen Jawa sempat dirawat di wisma atlet Jakarta dan memutuskan pindah di isolasi mandiri di rumah dan sembuh. Beberapa kawan kita sembuh dengan isoalsi mandiri. Oh, begitu iya bang sahutnya dengan baik. Kedengaran nadanya, kurang puas.
Saya mengerti ketidakpuasannya, karena itu saya minta nomor telepon adik temannya itu. Sebelum saya komunikasi dengan adik temannya itu, saya komunikasi dengan bang Martin Manurung, apa yang bisa kita lakukan?. Martin Manurung meminta saya menghubungi ketua umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Indonesia (GP Jamu Indonesia) ibu Ranny Pratiwi. Saya yakin betul ramuan jamu ibu Pratiwi sangat menolong pasien yang isolasi karena saya baca konsep-konsep dasar jamu mereka. GP Jamu Indonesia sehari sebelumnya Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Komisi VI DPR RI dimana Martin Manurung salah satu pimpinanannya meyakinkan dengan membawa dokter ahli bahwa jamu kita bisa membantu pasien. Bu Ranny juga menceritakan bahwa mereka ditopang para ahli farmasi.
Komunikasi saya dengan bang Martin dan bu Ranny lancar, kemudian saya hubungi nomor yang diberikan Raya Deswanto yaitu boru Sitanggang. Komunikasi kamipun lancar dan kami sepakati membuat WA Group. Ito Sitanggang sangat percaya karena rekomendasi abangnya kandung. Jadilah kami buat group, ito Sitanggang mengundang temannya, saya mengundang Raya Deswanto, Ranny Pratiwi, dan dua orang sahabat kami yang sembuh Luci Siahaan dan Yoel Indrasmoro. Luci Siahaan dan Yoel Indrasmoro saya ajak untuk menceritakan pengalamannya selama isolasi. Dokter Tota Manurung yang dikenal dokter Toba juga saya ajak masuk group. Group WA itu namanya Semangat itu sehat. Nama itu tiba-tiba saja saya tuliskan.
Kami saling menyapa satu group dan ibu Ranny Pratiwi menelpon DPD GP Jamu Indonesia di Sumut untuk mengirim obat Vermint di awal. Besok paginya, obat itu sudah sampai di Tarutung dan dikonsumsi. Ibu Ranny juga memberikan telpon seorang ahli Farmasi untuk meramu obat kebutuhan 48 orang saudara kita di Medan. Ahli Farmasi itu kerja keras selama 2 hari 2 malam untuk meramunya. Hari ketiga Jamu Temulawak dan Zigoserin sudah tiba di Tarutung.
Semua perkembangan saya komunikasikan dengan bang Martin Manurung. Martin Manurung berpesan agar jangan terlena dengan perasaan, kita kerja keras dengan rasional agar energi kita habis untuk bekerja. Fokus bekerja, katanya. Mungkin Martin Manurung melihat saya suka kebawa perasaan. Saya maklumi pesan itu mengingat kerjanya yang luar biasa. Rapat tiada henti untuk mencari solusi. Sering saya ledek bahwa bang Martin Manurung itu lebih semangat setelah dewan dibanding ketika kampanye. Melelahkan memang, khususnya di masa Covid 19 ini.
Setiap pagi Pendeta Yoel mengirim renungan dalam berbagai bentuk. Renungan dalam bentuk tulisan dan rekaman video. Pendeta Yoel meminta peserta isolasi untuk menuliskan perasaan mereka. Kemudian saya nyeletuk agar pendeta Joel jangan bebani saudara kita dengan PR. Tentu saja saya nada ketawa. Saudara kita dari Tarutung mengirimkan video bahwa mereka olah raga. Mereka menginformasikan bahwa pagi hari tidak olah raga karena Tarutung mendung dan dingin. Jadi, olahraga sore saja. Semangat mereka itu luar biasa. Kak Luci dan Pendeta Yoel menceritakan pengalamannya selama isolasi. Kadang mereka meraungraung minta pertolongan Tuhan. Kaka Luci meminta nama nama saudara kita itu untuk namanya dibawa dalam doa-doanya. Pengalaman kak Luci dan pendeta Yoel sangat menguatkan mereka. Terharu saya.
SIKAP YANG BENAR
Di dalam group, saya selalu minta agar sikap kita benar di hadapan Tuhan dalam kondisi yang sulit. Sikap yang mengharapkan pertolongan Tuhan ditunjukkan saudara kita di Tarutung. Saya tahu meraka rata-rata anak-anaknya masih kecil. Ada yang hamil, menyusui dan banyak pergumulan mereka. Pagi, siang, sore, dan malam kami saling bercanda, cerita keluarga dan lain sebagainya. Kami saling menguatkan. Di malam hari kadang kami video Call rame-rame. Dalam video call kami bisa ketawa sepuasnya. Dari video call kelihatan tempat isolasi dan kekompakan mereka. Kompak betul mereka itu.
Sikap saudara kita yang melewati masa-masa isolasi patut kita contoh. Dalam kondisi sulit berharap akan pertolongan Tuhan. Harapan kepada Tuhan diikuti kerja keras dengan olah raga dan meningkatkan imunitas tubuh. Mereka juga disiplin. Terima kasih untuk saudara-saudaraku di Tarutung, semoga sikap yang benar dan semangat itu dimiliki saudara kita yang lain yang sedang isolasi.
Terima kasih bang Martin Manurung untuk idenya, perhatian, dukunganmu buat rakyat Tarutung. Terima kasih juga buat bu Fatimah Hutabarat selaku Wakil Ketua DPRD Taput yang ikut mengantar jamu ke RSU Tarutung. Terima kasih bu Ranny Pratiwi, farmasi kita yang rendah hati Bapak Samran.
Selamat menikmati alam bebas untuk semua saudaraku di Tarutung. Saudarauku adalah garda terdepan untuk menolong masyarakat. Aku bangga sama saudara-saudaraku. Ternyata, tidak sesulit yang kita bayangkan. Dalam kesulitan ketika itu, kita menemukan kenangan indah. Kini, kita bahagia bukan?. Tetap jaga kesehatan, dan jangan pernah lengah. (gurgur manurung)