Perhatian saya tertarik saat membaca sebuah artikel yang menuliskan tentang Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang mengaku syok saat mengetahui Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyamakan Presiden Joko Widodo dengan eks Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
“Kami cukup terkejut, seorang wagub yang juga wakil pemerintah pusat di daerah membuat pernyataan oposisi,” kata Tjahjo saat ditemui di kantornya Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin 28 Mei 2018.
Menurutnya, Sandiaga tak sepantasnya membuat pernyataan tersebut, mengingat posisinya sedang berada dalam pemerintahan. Ia juga menilai sikap Sandiaga sarat provokasi dan fitnah.
Beberapa lamanya saya tidak menulis perkembangan mengenai kota Jakarta, membuat saya penasaran, apakah pernyataan dari Sandiaga Uno yang membuat Mendagri terkejut itu, terjadi sebelum atau sesudah meminum air hasil olahan tinja?.
Apalagi beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 23 Mei 2018, Sandiaga Uno baru saja meresmikan mesin Industri Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang diberi nama PAL-Adrich Tech System di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Yang uniknya dalam peresmian tersebut, Sandiaga Uno bahkan tak ragu untuk mencicipi dan meminum langsung air hasil olahan tinja tersebut. Padahal sebelumnya Dirut PD PAL Jaya, Subekti, selaku pimpinan pabrik pengolah air limbah tinja tersebut, sudah menjelaskan kalau air tersebut belum layak untuk diminum.
Tentu saja bila pernyataan ngawurnya disampaikan sesudah meminum hasil olahan tinja seperti yang dicontohkan oleh Sandiaga, akan sangat berbahaya karena dapat berefek terhadap otak dan menyebabkan kebodohan.
Namun ternyata perkiraan saya keliru. Berdasarkan data yang saya dapat, pernyataan Sandiaga yang menyamakan Jokowi dengan Najib itu disampaikan oleh Sandiaga Uno kepada wartawan saat dirinya berada di The Kemuning, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 10 Mei 2018. Itu artinya sebelum dia meminum air hasil olahan tinja tersebut.
Sandiaga, seperti diberitakan Times of Indonesia—jaringan Suara.com, menyamakan kegagalan ekonomi Malaysia saat diperintah Najib dengan situasi ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi.
Padahal kondisinya sama sekali berbeda dimana salah satu faktor utama kekalahan Najib adalah masalah korupsi yang menjerat Najib saat mendirikan 1MDB (lebih jelasnya dapat dibaca pada link dibawah ini).
https://www.Indovoices.com/politik/gerindra-samakan-prabowo-dengan-mahathir-cih-tak-tahu-malu/
Jadi wajar saja pernyataan Sandiaga mendapat kecaman keras dari Mendagri Tjahyo Kumolo.
Walaupun Sandiaga Uno ditunjuk oleh Prabowo menjadi timsesnya untuk pilpres 2019. Namun Sandiaga juga harusnya ingat kalau dirinya merupakan bagian dari pemerintahan saat ini. Artinya dirinya harus mampu memilah mana yang boleh disampaikan dan mana yang tidak.
Apalagi kejadian seperti itu bukan baru kali ini saja terjadi. Melalui berbagai pemberitaan di Media. Sandiaga Uno beberapa kali diketahui kerap mengkritisi Pemerintahan Jokowi.
Bila merujuk pada UU No. 23 Tahun 2014 dengan jelas didefinisikan bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat di provinsi. Artinya secara struktur kepemerintahan, Sandiaga itu posisinya merupakan bawahan Jokowi. Namun sayangnya yang ditunjukkan malah kelakuan dan ucapan yang tidak beretika dan kurang ajar.
Jadi tidak salah kiranya kalau saya memberikan penghargaan KTP (Kurang-ajar Tanpa Prestasi) kepada Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur.
Dan berbicara soal prestasi, apa sih prestasinya selama menjabat sebagai Wakil Gubernur, setali tiga uang dengan si Gubernur, enam bulan lebih menjabat, belum ada yang bisa dibanggakan, kalau yang memalukan sih banyak. Salah satunya yang masih hangat jadi pembicaraan saat ini, ya soal pohon plastik itu.
Disangkanya semua penduduk Jakarta itu bodoh, tidak bisa membedakan mana pohon beneran dan mana yang plastik, padahal yang bodoh cuma 58 persen. Masih untung kejadiannya bukan bertepatan dengan Asian Games sehingga tidak menjadi pemberitaan dan tertawaan masyarakat internasional.
Si Gubernur dan wakilnya boleh-boleh saja berkilah kalau penanaman itu tanpa sepengetahuan mereka. Tapi apa iya, tidak ada laporan dari bawahan kepada mereka setiap harinya, sehingga masyarakat lebih tahu apa yang terjadi dibandingkan mereka?.
Mungkin kalau berbagai kejadian yang memalukan itu diceritakan kepada bayi yang baru lahir pun, si bayi ingin merangkak masuk ke dalam lagi sangkin malunya punya gabener dan wagabener seperti ini.
Kembali ke soal wakil gubernur, kalau saran saya sih ada baiknya Sandi mulai menentukan sikap, pilihlah ingin tetap berada di dalam pemerintahan atau di luar pemerintahan. Bila masih ingin bersikap seperti oposisi, lebih baik Sandi berhenti, setidaknya hal tersebut lebih gentle, tidak seperti banci yang setengah-setengah.
Trailer Pernyataan Sandi Yang Dikritisi
https://youtu.be/dud0TKqJMqE