Indovoices.com-Hingga Jumat (3/4/2020), 134 orang di Indonesia dinyatakan sembuh dari corona.
Rupanya, di balik kabar gembira itu, ada sederet kalimat menggugah yang dijadikan pegangan hingga menjadi kunci kesembuhan para pasien.
Pasien sembuh di Jawa Barat misalnya, meyakini bahwa corona tak melulu mengenai kematian, tetapi ada kehidupan di sana.
Sedangkan pasien di Magetan, mengatakan dibutuhkan mental seperti baja, muka sekuat tembok Berlin hingga telinga yang seolah tuli.
Berikut sederet kalimat menggugah yang menjadi kunci sembuhnya pasien corona di berbagai daerah:
“Corona tak hanya tentang kematian, ada kehidupan di dalamnya”
Ia merupakan staf Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Dua pekan diisolasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Yusuf dinyatakan sembuh.
Ia berharap kesembuhannya menular ke masyarakat yang saat ini tengah berjuang melawan virus corona.
“Ini berita bahagia karena coronavirus tak hanya tentang kematian. Tapi ada kehidupan di dalamnya,” ungkap Yusuf.
Ia pun mengajak seluruh masyarakat memegang tanggung jawab terkait penyebaran virus corona.
“Jadi kita bertanggung jawab dengan semua sikap kita. Bukan tentang kita, tapi orang sekeliling kita,” kata dia.
“Muka sekuat tembok Berlin dan telinga harus tuli”
Seorang warga asal Magetan, Jawa Timur, Sarno dinyatakan sembuh dari corona setelah menjalani isolasi.
Sarno menuturkan, hal pertama yang dilakukannya adalah mengusir rasa cemas.
“Mental kita harus seperti baja, muka harus seperti tembok Berlin dan telinga kita harus tuli,” kata dia.
Sebab menurut dia, hal-hal yang memicu kecemasan dapat menurunkan ketahanan tubuh.
“Di sini saya sama sekali tidak memikirkan macam-macam. Untuk sembuh harus semangat dari kita sendiri, bukan orang lain,” ujar Sarno.
Ia pun selalu mencari hiburan di tengah proses isolasi, seperti memutar video lucu dan bercanda bersama keluarganya melalui grup WhatsApp.
“Ubah ketakutan menjadi optimisme”
Sempat diisolasi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur, Arief kini kembali berkumpul dengan keluarganya.
Mengubah ketakutan menjadi optimisme, adalah hal yang selalu ia lakukan selama diisolasi.
“Virus ini enggak ada obatnya kecuali memotivasi diri. Mengubah ketakutan menjadi sebuah optimisme,” kata dia.
Dengan demikian, kata Arief, kekebalan tubuh semakin kuat.
Ia pun mengaku mendapat pelajaran berharga, yakni mensyukuri hidup setiap kali membuka mata.
“Setiap bangun tidur, saya selalu bersyukur,” kata dia.
Ia pun berkomitmen tak membuka gadget dan memilih berdzikir serta membaca buku motivasi selama dirawat.
“Kalau memang kena, tetap positif thinking”
Berpikir positif. Itulah yang dilakukan Rhesa Haryo Wicaksono (22) saat dirinya diisolasi.
“Kalau memang kena, tetap positif thinking,” kata dia.
Meskipun hal tersebut tak mudah, namun mengendalikan pikiran adalah hal yang penting dalam proses penyembuhan.
“Tidak usah mikir yang tidak-tidak,” ucap Rhesa.
Imunitas tubuh, lanjut dia, harus dijaga dengan pola hidup sehat.
Sebab, meski penyakit akibat virus corona bisa disembuhkan, namun hal itu tak dapat dilakukan secara instan.
“Kebersihan dan makan yang banyak. Imun bisa diperoleh kalau nutrisi yang masuk banyak,” ucap dia.
Mahasiswa salah satu universitas negeri di Malang itu kini bersyukur telah dinyatakan sembuh. (msn)