2018 adalah tahun terpanas pada percaturan politik di Indonesia. Ini terjadi karena menjelang akhir masa jabatan presiden terpilih tahun 2014 yaitu Ir. Joko Widodo. Tampaknya tahun 2018 menjadi awal meningkatnya suhu politik, sehingga banyak orang-orang yang mempunyai kepentingan mulai buka suara mencari panggung untuk mengabarkan bahwa dirinya adalah yang terbenar dan terbaik. Klaim terbenar dan terbaik ini seolah-olah menjadi milik dua kubu yang sedang berlawanan, yaitu kubu presiden terpilih dan kubu calon presiden yang tidak terpilih.
Secara garis besar masyarakat Indonesia bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian. Yang pertama adalah kelompok pendukung presiden terpilih secara konstitusional. Kelompok ini jelas berpihak kepada pemerintah dan menginginkan pemerintahan berjalan dengan normal tanpa ada kegaduhan dan gangguan jalannya pemerintahan. Pemerintah jelas mempunyai tujuan yang mulia yaitu ingin membangun serta memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam berbagai bidang. Cita-cita luhur ini akan tercapai apabila pemerintah bisa menjalankan strategi membangun bangsa tanpa ada gangguan dari pihak yang kontra.
Kelompok ke dua adalah kelompok yang kontra pemerintah. Pada kelompok inilah lahir manusia-manusia pilihan. Manusia yang segala ucapan dan perilakunya adalah kebenaran yang mutlak. Mereka mencari panggung untuk mewartakan kebenaran versinya dan seakan-akan tidak ada pihak lain yang mempunyai kebenaran. Kelompok ini sebenarnya mempunyai bakat yang luar biasa membuat berita kebenaran yang benar menurut mereka. Perseteruan ke dua kelompok inilah yang membuat suhu politik jadi meningkat.
Kelompok ke 3 kelompok masyarakat yang tidak perduli dengan hingar bingar di jagat perpolitikan negeri ini. Mereka menjalani rutinitas kehidupannya dengan harapan negara berada dalam posisi aman, tentram dan damai. Ketidak perdulian ini bagi masyarakat awam biasanya terdiri dari dua hal, yaitu tidak paham tentang politik dan tidak mau memahami politik. Politik itu hakekatnya adalah jalan menuju kekuasaan. Kelompok ke tiga ini tidak perduli dengan siapapun yang berkuasa.
Seandainya dua kelompok yang berlawanan ini disatukan dengan tujuan membangun bangsa dan negara sebagai perekatnya niscaya akan menjadi kekuatan yang dasyat. Negara akan tertib dan aman jauh dari kegaduhan melenggang menuju arah yang lebih baik.
Seandainya 2 kelompok ini mampu melepas egonya demi kemajuan serta kemakmuran bangsa dan negara sungguh merupakan sebuah persatuan yang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak, karena persatuan ini mejadi kekuatan bersama untuk mewujudkan cita-cita membangun Indonesia.
Seandainya ke dua kelompok ini mau bersama bahu membahu membangun negara maka tidak akan terjadi lagi kegaduhan. Seandainya ini terjadi Indonesia pasti akan menjadi kuat dan tidak mungkin bubar.
Persatuan adalah suatu keniscayaan tatkala kita ingin melakukan satu pekerjaan yang besar, dengan bersatu kekuatan yang terpecah akan menjadi kekuatan yang besar.
Mungkin tidak mudah mengesampingkan kebencian yang sudah terlanjur mengakar, tapi demi mewujudkan cita – cita mulia membangun bangsa harusnya bisa dilakukan. Kekuatan 2 kubu ini sebenarnya adalah sebuah solusi untuk kebaikan bangsa yang mungkin tidak pernah terpikirkan.
Mungkin kita abai menghitung kekuatan 2 kubu yang bersaing, padahal jika disatukan dengan tujuan membangun bangsa niscaya akan menjadi kekuatan pamungkas.
Caranya bagaimana….?
Seandainya bapak Jokowi dan bapak Prabowo mau bersatu padu membangun negeri niscaya pemerintah akan menjadi kuat. Seandainya tahun 2019 Jokowi & Prabowo menjadi presiden dan wakil presiden. Seandainya tahun 2024 Prabowo jadi presiden dan Jokowi wakil presiden, seandainya 2029 Prabowo masih jadi presiden dan Jokowi jadi wakil presiden, seandainya……..
Seandainya……