Indovoices.com- Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi mengajak seluruh santri dan anak negeri ini untuk merapatkan barisan, memperkuat identitas keislaman dan keindonesiaan.
“Jangan sampai tergiur dengan ajakan dan gerakan yang melemahkan keislaman dan keindonesiaan kita,” ujar Menag saat memperingati Hari Santri 2019 bersama anggota Muslimat NU Kab. Sukoharjo.
“Mari kita bangun pertiwi ini dengan berkarya dan berinovasi. kuatkan wawasan keagamaan dan kebangsaan, gali terus ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tunjukkan dengan akhlak yang terpuji,” ajak Menag.
Menurut Menag, santri adalah sosok yang paripurna. Santri kaya ilmu agama, iman dan taqwa. berilmu pengetahuan, pejuang sejati agama dan bangsa.
Menag mengatakan, jiwa santri yang tidak pernah memisahkan antara agama dan negara sesungguhnya terinspirasi dari apa yang dinyatakan dalam Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 yang dikumandangkan oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
“Dalam Resolusi Jihad itu dinyatakan: “..Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu ‘ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi jang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang jang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewadjiban itu jad ifardlu kifayah (yang cukup kalau dikerjakan sebagian saja).”,” terang Menag yang mengaku merinding membaca resolusi jihad yang dinyatakan oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Ia mengungkapkan, di dalam resolusi jihad itu tercermin sikap kebangsaan dan keagamaan yang bersatu padu.
“Atas dasar dalil agama, mempertahankan NKRI merupakan bagian dari kewajiban agama. Agama membenarkan untuk memiliki semangat kebangsaan. Agama tidak pernah memisahkan perhatiannya terhadap negara. Akan tetapi, justru karena semangat agamanya itu, ia rela berkorban dan terus berkarya untuk membangun bangsa,” ungkap Menag.
Tampak hadir, Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya, Sekretaris Ditjen Bimas Islam Tarmizi Tohor, Kakanwil Kemenag Jateng Farhani, Rektor IAIN Surakarta Mudofir, sejumlah ulama dan tokoh, dan Forkopimda Kab. Sukoharjo. (jpp)