Indovoices.com –Sejumlah epidemiolog terus menaruh perhatian atas kemungkinan munculnya mutasi (strain) virus corona jenis baru di Indonesia. Meski saat ini varian baru virus corona, seperti dari Inggris dan Afrika Selatan, belum ditemukan di Indonesia, pemerintah diminta tetap harus waspada.
Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengungkapkan pemerintah harus mengantisipasi berbagai jenis mutasi corona yang mungkin beredar di Indonesia. Termasuk soal mutasi yang terjadi secara lokal.
“Suatu ketika ada mutasi-mutasi lokal Indonesia karena penularannya sangat tinggi, karena dia hanya bisa bermutasi kalau bereplikasi. Maka dengan menekan replikasi virus, kita bisa menekan kemungkinan mutasi virus, karena mutasi selalu virus itu escape dari sistem imun kita,” ungkap Pandu saat rapat virtual bersama Menko Maritim dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, Kamis (4/2) kemarin.
Pandu mengungkapkan akan ada dua tantangan yang dihadapi kalau sampai muncul strain baru COVID-19. Yakni potensi virus akan lebih cepat menular, dan bisa mengacaukan sistem diagnostik pada mesin PCR.
Sebab, ia menilai bisa jadi saat dites menggunakan mesin PCR dinyatakan negatif, tetapi virus tersebut rupanya sudah bermutasi.
“Mungkin membuat diagnostik PCR kita tidak mampu mengenali karena ‘oh sudah negatif’, padahal sudah bermutasi. Dan kemudian juga akan vaksinasi mungkin tidak efektif lagi dan akan menambah beban. Walaupun kita sudah mencapai cakupan tinggi, tapi kalau virus yang beredar berbeda atau tidak dikenali dengan sistem imun kita jadi sia-sia,” tutur dia.
Di kesempatan yang sama, Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan pencegahan masuknya mutasi corona jenis baru ini harus benar-benar diantisipasi.
Dicky menilai kemunculan mutasi virus corona ini dapat mengacaukan berbagai penanganan pandemi COVID-19 yang selama ini sudah dilakukan oleh pemerintah.
“Saya salah satu yang saksi hidup ketika dampingi Bu Fadilah [Siti Fadilah, eks Menkes] saat strain flu burung. Jadi adanya strain yang kita khawatirkan di Indonesia, mudah-mudahan tidak [terjadi]. Ini yang akan bisa memperburuk skenario-skenario yang sudah kita buat,” ungkap Dicky.
Ia lalu berkaca dengan apa yang dilakukan pemerintah Australia dalam menangkal masuknya varian corona baru, yakni dengan menerapkan lockdown dan memperkuat tracing.
“Karena kalau ini betul-betul ada di Indonesia, kita bisa alami 3-4 kali lebih dari saat ini. Jadi kebijakan untuk memperkuat skrining kasus impor dan reintroduksi virus ini harus berlakukan dan perkuat,” tutup dia.
Kemenkes bersama Kemenristek/BRIN tengah mempelajari jenis mutasi virus SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19) yang beredar di Indonesia. Berdasarkan hasil studi di sejumlah wilayah di Indonesia, sejauh ini belum ada varian B117 dari Inggris.
“Dari mutasi yang kami evaluasi, terutama dari UK sampai kemarin sudah evaluasi dan alhamdulillah sampai saat ini belum ada varian mutasi dari UK,” ungkap Wamenkes Dante Saksono dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Rabu (3/2).(msn)