Terjawab sudah foto Prabowo Subianto yang banyak beredar di berbagai Sosmed sejak kemarin, 18 Mei 2019. Foto tersebut menampakkan Prabowo Subianto bersama Ketua Presidium Alumni 212 Ansufri Idrus Sambo, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sugiono, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Angga Raka Prabowo, sekretaris pribadinya, Rizky Irmansyah, dan sejumlah orang lainnya. tampak mengenakan setelan jas hitam dan berkacamata hitam terlihat di bandara yang diduga di Brunei Darussalam.
Prabowo, Rizky, dan Sugiono kompak mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dasi merah marun. Prabowo juga memakai peci dan kaca mata hitam.
Awalnya kepergian Prabowo Subianto ke Brunei disangkal oleh Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade yang mengatakan, Prabowo tidak berada di Brunei Darussalam.
“Iya, kalau malam tidur di Hambalang. Siang atau sore nyampe di Kertanegara, kalau malam balik lagi,” kata Andre.
Dia pun menegaskan, Prabowo tidak ada niatan ke luar negeri. “Tidak ada,” kata Andre.
Demikian halnya dengan Ansufri Idrus Sambo juga menyebut foto itu merupakan potret lama. “Itu foto lama kali, dapat dari mana ya, kok saya sampai enggak tahu ada foto itu,” kata Sambo melalui pesan singkat, Jumat, 17 Mei 2019. Namun Sambo tak merespons lagi saat ditanya kapan foto itu diambil.
Pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh Dahnil Anzar, yang juga menyangkal Prabowo kabur ke Brunei, walaupun membenarkan adanya foto tersebut namun dirinya menyebut foto tersebut sebagai foto lama. Bahkan Dahnil juga menyerang salah satu pemberitaan di media Opini Seword dan menyebutnya sebagai situs penebar hoax melalui cuitan yang diunggah Dahnil lewat akun Twitter-nya.
Dahnil menjelaskan aktivitas seharian Prabowo Subianto selama hari Jumat 17 Mei 2019 adalah di berada di Hambalang dan Jalan Kertanegara.
Namun lucunya di media berita lainnya, Dahnil justru mengakui bila Prabowo sedang berada di Brunei Darussalam.
“Melihat perkembangan, beliau ke Brunei,” kata Dahnil tanpa menjelaskan perkembangan apa yang dimaksud, Jumat, 17 Mei 2019.
Tentu saja pernyataan yang kontradiksi itu membuat bingung masyarakat mengenai keberadaan Prabowo yang sesungguhnya. Untungnya kebohongan itu pun akhirnya terbongkar, melalui pemberitaan salah satu media nasional, liputan6 yang menyebutkan bila terbangnya Prabowo ke Brunei Darussalam adalah benar adanya. Media tersebut memuat pernyataan dari Kasubag Humas Ditjen Imigrasi Kemenkumham Sam Fernando yang mengatakan, Prabowo Subianto telah terbang ke Brunei pada tanggal 16 Mei 2019.
“Berdasarkan informasi yang beredar Pak Prabowo pergi ke Bandar Sri Begawan dari Halim Perdanakusuma pada 16 Mei kemarin,” kata Sam Fernando, 18 Mei 2019.
Fernando juga menyebutkan secara detail bila Prabowo terbang menggunakan pesawat pribadi 9H-NYC Embraer 190-Lineage 1000.
“Kalau dari manifesnya, ada 12 nama lain yang terdaftar bersama beliau,” kata Sam.
“Arrived pada hari dan tanggal yang sama jam 20.12,” tutup Sam Fernando.
Jadi dengan membandingkan berbagai berita yang sudah saya sebutkan di atas saja sudah terlihat siapa yang berbohong sesungguhnya.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apa urgensinya Prabowo Subianto harus ke Brunei Darussalam? Apalagi tinggal beberapa hari lagi akan diumumkan hasil real count KPU tentang pemenang pilpres 2019 ini. Belum lagi kesan bila kepergian Prabowo sengaja disembunyikan oleh BPN.
Banyak yang menduga bila kepergiannya kali ini adalah untuk menghindar dari potensi kericuhan yang terjadi. Hal ini mengingat pihak kepolisian juga telah menangkap 68 terduga teroris yang berencana meledakkan bom menjelang tanggal 22 Mei 2019 ini. Salah satu terduga teroris yang bernama Dede Yusuf alias Jundi alias Bondan juga mengakui telah membuat bom yang siap diledakkan di tanggal 22 Mei 2019.
Walaupun pihak kepolisian telah berhasil menangkap 68 terduga teroris namun kita tidak pernah tahu angka 68 itu adalah angka keseluruhan atau masih ada yang belum tertangkap? Bayangkan bila pihak kepolisian tidak bergerak cepat meringkus para teroris ini? Berapa banyak korban jiwa yang akan berjatuhan?
Dan korban jiwa itu dapat dipastikan sebagian besar adalah pendukung Prabowo yang akan turun ke jalan-jalan untuk membela dirinya dalam gerakan yang dinamakan People Power, Kedaulatan Rakyat, Setan Gundul, Hantu Belau atau apapun itu namanya.
Sementara orang yang dibela, yang mengaku dirinya lebih TNI dari TNI, yang mengaku siap berkorban demi negara dan tanah air, mengaku Patriot faktanya malah lari duluan ke luar negeri meninggalkan pendukungnya.
Apa iya orang seperti ini masih mau dibela mati-matian?