Indovoices.com –Bank Indonesia (BI) pada momen-momen tertentu menerbitkan uang rupiah khusus (URK). Hingga saat ini sudah beragam URK yang diterbitkan bank sentral, mulai dari URK seri 25 Tahun Kemerdekaan RI hingga uncut banknote atau uang kertas yang belum dipotong.
Seri 25 Tahun Kemerdekaan RI-1970
Seri 25 Tahun Kemerdekaan RI merupakan URK pertama yang diedarkan Bank Indonesia. Pada seri ini BI menerbitkan sembilan uang logam berbagai pecahan yang tak lazim pada saat itu, yakni pecahan Rp200, Rp250, Rp500, Rp750, Rp1.000, Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, dan Rp25.000.
URK tahun emisi 1970 ini dicetak dengan logam perak dan kuningan. Gambar depan uang logam seri ini unik dan beragam, sementara pada bagian belakang semua URK seri ini bergambar lambang negara Garuda ‘Bhinneka Tunggal Ika’.
Untuk logam perak pecahan Rp250 bagian depannya bergambar burung cenderawasih, lalu Rp250 bergambar arca batu Manjusyri dari Candi Tumpang Malang, kemudian uang logam Rp500 bergambar penari wayang wanita, Rp750 bergambar ukiran Garuda Bali, dan Rp1.000 bergambar Jenderal Sudirman.
Sedangkan pecahan Rp5.000 bergambar arca batu Manjusyri dari Candi Tumpang Malang dengan bahan logam emas berkadar 900/1.000. Lalu pecahan Rp10.000 bergambar penari wayang wanita dengan bahan logam emas berkadar 900/1.000.
Pecahan Rp20.000 bergambar ukiran Garuda Bali dengan bahan logam emas berkadar 900/1.000. Pecahan Rp25.000 bergambar Jenderal Sudirman dengan bahan logam emas berkadar 1.000/1.000.
Seri Cagar Alam-1974
Di seri uang rupiah khusus ini, Bank Indonesia menerbitkan tiga uang logam dengan pecahan Rp2.000, Rp5.000, dan Rp100.000. Pecahan Rp2.000 bergambar harimau Jawa pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda ‘Bhinneka Tunggal Ika’ pada bagian belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam perak dengan kadar 925/1.000 untuk kualitas proof dan 500/1.000 untuk kualitas non proof.
Untuk pecahan Rp5.000 bergambar orang utan pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda ‘Bhinneka Tunggal Ika’ pada bagian belakang. Uang rupiah ini memiliki bahan logam perak dengan kadar 925/1.000 untuk kualitas proof dan 500/1.000 untuk kualitas non proof.
Sedangkan pecahan Rp100.000 bergambar komodo pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda ‘Bhinneka Tunggal Ika’ pada bagian belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 900/1.000 untuk kualitas proof dan non proof.
Seri Cagar Alam-1987
Pada seri uang rupiah khusus ini BI menerbitkan dua uang logam dengan pecahan Rp10.000 dan Rp200.000. Pecahan Rp10.000 bergambar babi rusa pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada bagian belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam perak dengan kadar 925/1.000.
Pecahan Rp200.000 bergambar badak Jawa bercula satu pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada bagian belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 917/1.000.
Pada seri URK ini Bank Indonesia menerbitkan tiga uang logam dengan pecahan Rp125.000, Rp250.000, dan Rp750.000. Pecahan Rp125.000 bergambar Gedung Joang 45 pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang, uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 23 karat.
Lalu pecahan Rp250.000 yang bergambar kepulauan Indonesia pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 23 karat.
Sementara pecahan Rp750.000 bergambar logo Dewan Harian Nasional Angkatan ’45 pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 23 karat.
Seri Save The Children-1990
Seri ini Bank Indonesia menerbitkan dua uang logam dengan pecahan Rp10.000 dan Rp200.000. Pecahan Rp10.000 bergambar dua anak bermain badminton dengan tulisan save the children pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam perak dengan kadar 0,925.
Untuk pecahan Rp200.000 bergambar penari Bali dengan tulisan save the children pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 0,917.
Seri 50 Tahun Kemerdekaan RI-1995
Pada seri ini Bank Indonesia menerbitkan dua uang logam dengan pecahan Rp300.000 dan Rp850.000. Pecahan Rp300.000 bergambar temu wicara Presiden Soeharto dengan masyarakat pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 23 karat.
Pecahan Rp200.000 bergambar Presiden Soeharto dengan tulisan Lima Puluh Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada sisi belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 23 karat.
Seri Children of The World-1999
Di seri ini BI menerbitkan dua uang logam dengan pecahan Rp10.000 dan Rp150.000. Pecahan Rp10.000 bergambar kegiatan Pramuka dalam penanaman sejuta pohon dengan tulisan For Children of The World pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada bagian belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam perak dengan kadar 0,925.
Sementara pecahan Rp150.000 bergambar anak laki-laki bermain kuda lumping dengan teks For Children of The World pada sisi depan dan gambar lambang negara Garuda Pancasila pada bagian belakang. Uang logam ini memiliki bahan logam emas dengan kadar 0,999.
Seri 100 Tahun Pemimpin RI-Tahun Emisi 2001/2002
Seri ini Bank Indonesia menerbitkan empat jenis uang logam dengan pecahan Rp25.000 dan Rp5.000.000. Pada pecahan Rp25.000 terdapat dua jenis gambar yang diterbitkan, yakni Proklamator RI Soekarno dengan teks 100 Tahun Bung Karno (1901-2001) dan Proklamator RI Mohammad Hatta dengan tulisan Satu Abad Bung Hatta (1902-2002).
Uang logam 100 Tahun Bung Karno diterbitkan pada 2001 dengan bahan yang digunakan logam perak berkadar 0,925. Sementara uang logam Satu Abad Bung Hatta diluncurkan pada 2002 dengan bahan yang digunakan logam perak berkadar 0,9995.
Senada dengan pecahan Rp5.000.000 dengan dua jenis gambar uang logam yang diterbitkan, yakni Proklamator RI Soekarno dengan teks 100 Tahun Bung Karno (1901-2001) dan Proklamator RI Mohammad Hatta dengan tulisan Satu Abad Bung Hatta (1902-2002).
Perbedaannya hanya terletak pada bahan yang digunakan. Pada uang logam ini, bahan yang digunakan adalah logam emas warna kuning emas dengan kadar 0,999.
Seri Uncut Note
Pada seri uang rupiah khusus ini, Bank Indonesia telah menerbitkannya beberapa kali dengan nominal dan jenis uang diedarkan beragam. Pertama kali uang ini diterbitkan pada 2005 dalam bentuk dua lembar (bilyet), empat lembar, dan 45 lembar.
Pada saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menandatangani uang kertas belum dipotong pecahan Rp100.000 dan Rp20.000. Uang kertas yang belum dipotong tersebut dilelang guna keperluan sosial, antara lain membantu pembangunan kembali wilayah Provinsi Aceh akibat diterjang gempa dan tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004.
Berdasarkan catatan Medcom.id, seri uang rupiah khusus ini kembali diedarkan pada 2014 dalam dua lembar dan empat lembar. Uang kertas yang belum dipotong ini diterbitkan dalam pecahan Rp2.000 (tahun emisi 2009), Rp10.000 (tahun emisi 2005), Rp20.000 (tahun emisi 2004), Rp50.000 (tahun emisi 2005), dan Rp100.000 dengan tahun emisi 2004 dan 2014.
Lalu diterbitkan kembali pada 2017 dengan bentuk uang kertas yang belum dipotong dalam dua lembar dan empat lembar untuk pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 dengan tahun emisi 2016.(msn)