Indovoices.com-Setoran penerimaan negara bukan pajak PT Freeport Indonesia pada tahun lalu anjlok 76% dari Rp 4,2 triliun pada 2018 menjadi Rp 1,9 triliun. Akibatnya, realisasi PNBP sumber daya alam nonmigas secara keseluruhan turun dari Rp 37,8 triliun menjadi Rp 33,67 triliun.
Direktur Penerimaan Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Jonson Pakpahan menjelaskan penurunan setoran penerimaan negara dari Freeport terjadi akibat produksi yang turun seiring proses transisi dari tambang terbuka atau open pit menjadi tambang bawah tanah atau underground.
“Freeport menyetorkan PNBP sebesar Rp 4,2 triliun pada 2018, sedangkan tahun lalu Rp 1,9 triliun,” ujar Jonson di Jakarta.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium Orius Petrus Moedak menjelaskan tambang terbuka Grasberg sudah tidak beroperasi sejak tahun lalu, sedangkan operasi tambang bawah tanah belum benar-benar optimal. Inalum kini merupakan induk usaha Freeport.
“Freeport memiliki kontribusi besar kepada kami, 2019 – 2020 ini ada transisi open pit ke underground jadi produksi turun,” kata dia.
Ia berharap produksi Freeport pada tahun depan akan kembali normal sehingga mendorong produksi secara. “Tahun depan lebih bagus. Kami berharap produksi Freeport berangsur normal,” kata dia.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Ramson Siagian menilai kontribusi sektor tambang nonmigas terhadap PNBP Masih minim.
“Perlu didiskusikan lagi dengan Kemenkeu, apakah royalti terlalu rendah atau bagaimana,” ujar Ramson.
Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Papua turun sebesar 15,72% pada tahun lalu. Hal ini sejalan dengan anjloknya sektor usaha pertambangan dan penggalian sebesar 43,21% akibat penurunan produksi Freeport.
Tahun lalu, Freeport memproduksi emas sebanyak 863 ribu ons, turun dibanding tahun sebelumnya 2,42 juta ons. Penjualan emas juga turun dari 2,36 juta ons menjadi 973 ribu ons.
Tahun ini, Freeport menargetkan produksi dari tambang bawah tanah dapat mencapai 30 ribu metrik ton per hari pada 2020. Kemudian, produksi tambang bawah tanah Grasberg diharapkan naik hingga 60 ribu metrik ton pada 2021 dan mencapai 130 ribu metrik ton pada 2023.(msn)