Kemarin saya membaca salah satu judul berita di media detik.com yang berbunyi “Paras Tampan dan IQ Superior Jadi Modal Prabowo Nyapres”, saya tidak tahu statement tersebut disampaikan oleh siapa, bisa jadi disampaikan oleh simpatisan atau pendukung Prabowo, atau bisa jadi juga disampaikan oleh pendukung Jokowi sebagai bentuk sindiran kepada Prabowo.
Bagaimana tidak? Untuk mengurus negara sebesar Indonesia yang sangat kompleks permasalahannya, koq tampang yang dijadikan patokan?. Apakah dengan modal tampang saja lantas pembangunan bisa berjalan dengan sendirinya? Apakah dengan modal tampang, lantas perekonomian bisa bergerak sendiri?.
Ok-lah kalau dikatakan IQ-nya Superior, tapi IQ tinggi kalau tidak bisa kerja, buat apa?. Kalau soal tampang dan IQ saja bisa jadi capres, saya pikir banyak yang tampangnya lebih tampan dan IQ-nya lebih tinggi dibanding Prabowo. Untuk apalagi kita mengadakan pemilu?. Diikutsertakan saja Prabowo dalam kontes Indonesian Got Talent, syukur-syukur bisa jadi juara 1. Hahaha.
Indonesia sendiri merupakan sebuah negara yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Pembangunan di negara ini tidak bisa hanya mengandalkan tampang dan IQ Superior saja.
Apalagi bila kecerdasannya dipakai untuk kepentingan pribadinya, memperkaya diri sendiri serta kroni-kroninya, dan itulah yang terjadi puluhan tahun sehingga pembangunan di negara kita bisa dikatakan terlambat dibandingkan negara lainnya yang sudah lebih dulu maju.
Itulah yang saat ini dikejar oleh pemerintahan yang sekarang dibawah kepemimpinan Jokowi, dimana pembangunan sarana, prasarana atau infrastruktur digenjot habis-habisan, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote.
Pembangunan tersebut diharapkan bisa menjadi dasar atau pondasi yang kuat untuk menghidupkan serta menggerakkan perekonomian di berbagai daerah yang ada di Indonesia secara merata dan berkesinambungan.
Bila selama ini pembangunan lebih bersifat Jawa-sentris, maka sekarang ini pembangunan lebih difokuskan menjadi Indonesia-sentris, dengan harapan yang menikmati bukan hanya penduduk yang tinggal di pulau Jawa saja, melainkan seluruh penduduk Indonesia.
Jokowi tidak ingin menjadikan Indonesia sebagai Macan Asia, tapi Jokowi ingin membawa Indonesia menjadi penakluk atau bahkan penunggang macan Asia itu sendiri. Menjadi Macan Asia berarti kita hanya sejajar dengan negara Macan Asia lainnya. Tapi menjadi penakluk macan, akan membawa harkat dan martabat kita sejajar dengan negara negara maju lainnya di dunia.
Indonesia sendiri tidak kekurangan orang yang ber-IQ tinggi, sudah banyak rancangan, ide-ide, konsep dan sebagainya yang bertebaran namun tidak terealisasikan. Indonesia hanya kekurangan orang yang berani mengeksekusi rancangan, ide dan konsep tersebut kedalam bentuk nyata.
Perlu langkah-langkah, tindakan nyata dan tak jarang harus terjun ke lapangan langsung untuk memastikan pembangunan berjalan dengan semestinya. Dan kebetulan orang yang berani tersebut bernama Jokowi. Dalam satu tahun saja, kunjungan yang dilakukannya ke berbagai daerah, jauh lebih banyak dibandingkan presiden lainnya.
Jadi asumsi saya, kata-kata tersebut lebih tepat disebut sindiran kepada Prabowo, dan dilakukan oleh pihak yang anti Prabowo, karena bila yang menyampaikannya adalah simpatisan, pendukung atau bahkan kader Gerindra, koq rasanya tidak cocok.
Niat awal ingin mengangkat, tapi malah terkesan ingin membanting. Kalau saya jadi Prabowo, mungkin orang yang mengatakan hal tersebut sudah saya lempar dengan Hengpon, sama seperti saya dulu melempar anak buah saya dan terkena bibirnya sehingga terbawa nyinyir sampai hari ini.
Ada yang mengatakan, mencari kelemahan Jokowi itu sama sulitnya dengan mencari kelebihan Prabowo, dan sepertinya kata-kata tersebut benar adanya. Terbukti karena tidak ada hal yang bisa ditonjolkan, akhirnya tampang dan IQ yang ditonjolkan. Seakan-akan untuk menjadi presiden cukup dengan hanya jualan tampang dan IQ saja. Masihkah kita mau memilih yang model begituan?
Pak Jokowi, Lihatlah Penderitaan Kami Warga Jatikarya Yang Terdzolimi BPN
Seorang warga Jatikarya Bekasi yang merupakan salah satu ahli waris lahan terkena proyek Tol Cibitung-Cimanggis, akhirnya menulis surat kepada Presiden...