Indovoices.com- Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lebih terstruktur di dunia maya, berbeda dengan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang lebih terstruktur di lapangan.
“JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan. Mereka terstrukturnya secara virtual,” ungkapnya di Mabes Polri, Jakarta.
Mantan Wakapolda Kalteng itu menjelaskan kelompok JAD akan memberi kabar terlebih dahulu apabila hendak melakukan aksi amaliyah. Kabar itu diberikan melalui media sosial, di mana Telegram menjadi salah satu media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris tersebut.
“Intensitas komunikasinya di media sosial terstruktur dan sistematis. Kalau mau melakukan amaliyah, mereka akan sampaikan di Telegram maupun media sosial lainnya, misalnya saya akan melakukan amaliyah pada hari ini,” jelasnya.
Namun dalam komunikasinya, mereka tidak akan menyebutkan secara detail siapa yang menjadi targetnya termasuk waktu dan tempatnya.
“Dia cukup men-declare akan melakukan amaliyah, mohon doanya, langsung dilakukan,” tutur Dedi.
Dedi menuturkan bahwa aksi amaliyah yang dilakukan anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.
“Bergerak melakukan amaliyah dengan kemampuan masing-masing, kalau kemampuan membuat bom ya contohnya suicide bomber,” terangnya. (jpp)