Indovoices.com-Kementerian Kesehatan RI berkomitmen dengan pendidikan kesehatan di sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKS mencakup kegiatan aktivitas fisik (peregangan di sekolah), sarapan dengan menu sehat, menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), pembinaan kantin sekolah dengan menyediakan menu sehat, serta melakukan kegiatan PSN 3M Plus di lingkungan sekolah dan rumah.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Kirana Pritasari mengatakan pendidikan kesehatan melalui UKS penting dilakukan karena sekolah merupakan bagian dari tatanan masyarakat.
“Sekolah adalah tatanan masyarakat di mana siswa dan semua pihak di sekolah menjadi satu kesatuan sebagai suatu komunitas yang perlu dibina dari segi kesehatan. Semua anggotanya (dalam sekolah) harus memikirkan derajat kesehatan yang baik, tapi yang penting adalah adanya agen perubahan,” katanya pada audiensi pemenang Lomba Sekolah Sehat di gedung Kemenkes, Jakarta.
Dirjen Kirana menekankan bahwa selain keluarga, institusi sekolah adalah wahana yang tepat untuk mengenalkan pendidikan kesehatan kepada anak-anak.
Dalam mengimplementasikan pendidikan kesehatan di UKS, dapat mendirikan model indikator sekolah sehat seperti indikator fisik, antara lain; 1) Jumlah murid dengan status gizi normal, 2) Memiliki sarana air bersih yang memadai dan jamban yang saniternya mencukupi, 3) Memiliki sarana cuci tangan dan tempat sampah yang mencukupi, 4) Melakukan CTPS, 5) Sarapan/makan siang dan sikat gigi bersama, 6) Melakukan aktivitas fisik secara teratur, 7) Melakukan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala.
Selain itu ada indikator mental yang meliputi; 1) Memberikan pendidikan keterampilan hidup sehat (kompetensi psikososial) di sekolah dan di masyarakat, 2) Wilayah KTR (Kawasan Tanpa Rokok), 3) Wilayah KTN (Kawasan Tanpa Narkoba), 4) Wilayah KTK (Kawasan Tanpa Kekerasan), 5) Mempunyai kader kesehatan sekolah/dokter kecil yang jumlahnya cukup, dan 6) Angka ketidakhadiran karena sakit yang rendah.
Upaya pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan cara apapun dengan target memberikan pemahaman dan menerapkan pola hidup sehat. SDN 3 Banjar Jawa misalnya, dalam menanamkan pendidikan kesehatan dilakukan dengan mengubah paradigma.
Ida Bagus salah seorang perwakilan sekolah SDN 3 Banjar Jawa mengatakan pihaknya telah mengubah paradigma sekolah dari yang sebelumnya fokus pada akademik menjadi fokus pada menjamin pemenuhan hak siswa di sekolah termasuk soal kesehatan.
“Kami buat inovasi di sekolah salah satunya lahirnya 500 ruang UKS di sekolah. Kami tidak hanya punya 1 UKS tapi 500 UKS, yakni berbasis tempat tinggal. Setiap keluarga atau orangtua siswa harus mempunyai UKS di rumahnya masing-masing. Orangtua mampu memberikan edukasi lanjutan di rumah masing-masing,” katanya.
Terkait upaya penurunan stunting, lanjutnya, SDN 3 Banjar Jawa menganjurkan siswa membawa makanan yang baik, makanan siap saji tidak diperbolehkan dibawa ke sekolah.
Dirjen Kirana merespons inovasi yang ada di SDN 3 Banjar Jawa. Ia mengatakan inovasi seperti itu bisa dikembangkan di daerah lain. Kirana menyoroti keluarga sebagai awal hidup sehat pada UKS di rumah siswa, hal itu bisa dikombinasikan dengan program Kemenkes PISPK.
“Terkait dengan keluarga sebagai fokus awal hidup sehat, kita (Kemenkes) ada Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) fokus pada keluarga, dibina, diidentifikasi kesehatannya. Ini kombinasi yang bagus. Dari sekolah anak pulang membawa konsep sehat ke rumah kemudian dari Puskesmas ada PISPK,” tambah dr. Kirana.(jpp)