Indovoices.com –Prevalensi perokok di Indonesia tidak menunjukkan sinyal yang baik. Murahnya harga rokok jadi salah satu faktor penyebab tingginya jumlah perokok Indonesia.
Peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia, Renny Nurhasana, mengatakan harga yang sangat terjangkau membuat rokok mudah didapat seluruh lapisan masyarakat. Tidak terkecuali anak-anak.
“Harga rokok di masyarakat masih murah. Rp20-25 ribu itu masih terjangkau oleh saku anak,” kata Renny dalam diskusi Polemik Trijaya FM.
Harga yang murah ini membuat perokok anak semakin meningkat. Salah satu cara mengurangi jumlah perokok ialah lewat meningkatkan harga rokok.
“Jadi semakin mahal rokok itu, akan semakin turun prevalensi perokok anak,” kata Renny.
Kasubdit Tarif Cukai dan Harga Dasar Ditjen Bea Cukai, Sunaryo, membenarkan harga jual rokok di Indonesia masih terjangkau. Ia membandingkan harga rokok putih di Indonesia dan Jepang. Rokok di Negeri Sakura dibanderol seharga 502 yen atau setara Rp69 ribu per bungkus.
“Bandingkan dengan kita, rokok Rp20 ribu. Makan sekitar Rp10-15 ribu. Tapi kalau mempertimbangkan daya beli, sebetulnya rokok di negara kita tidak serta merta dianggap murah,” kata Sunaryo.
Berdasarkan data Index 2013, Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan telah menaikkan harga rokok lebih dari 100 persen per 2020. “Kalau 2013-2018, kita menaikkan harga sekitar 70,2 persen ini kebijakan kita. Jadi sebenarnya cukup tinggi kebijakan kita dan cukup berani,” tutup Sunaryo.(msn)