Indovoices.com – Sebagai wujud implementasi Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melakukan penguatan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI). Kerja sama dengan DU/DI tidak hanya terbatas pada penyediaan praktik kerja lapangan atau magang bagi siswa, tetapi juga meliputi pengembangan kompetensi guru kejuruan, penyelarasan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, sertifikasi kompetensi, hingga rekrutmen lulusan SMK.
“Ada kewajiban bagi setiap SMK yang akan didirikan, harus sudah jelas industri mana yang diajak bekerja sama. Sehingga jurusan yang ditawarkan menjadi sangat jelas. Jangan sampai begitu meluluskan, tidak pernah ada kerja sama, dan anak didik belum pernah melaksanakan praktik kerja industri,” disampaikan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Plt. Dirjen Dikdasmen) sekaligus Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbud Didik Suhardi, pada penandatanganan nota kesepahaman antara Direktorat Pembinaan SMK dan PT Daikin Airconditioning Indonesia, di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Sesjen Didik Suhardi mendorong agar SMK yang menjadi pelaksana kerja sama dengan PT. Daikin Airconditioning Indonesia dapat memberikan diversifikasi pada kurikulum bidang teknik pendingin dan tata udara. “Saya kira, setelah kerja sama ini perlu ada tim kecil untuk membahas penyelarasan kurikulum kerja sama antara PT Daikin dengan Kemendikbud. Tentu kurikulum ini yang akan kita laksanakan dan konsekuensinya akan kita laksanakan dengan implementasi yang konsisten,” ujar Sesjen Kemendikbud.
“Sehingga anak-anak kita mendapatkan ilmu yang up-to-date sesuai dengan perkembangan teknologi yang dikembangkan oleh PT Daikin,” imbuh Didik Suhardi.
Saat ini Pemerintah telah menggulirkan kebijakan insentif bagi perusahaan yang bekerja sama dalam pengembangan pendidikan kejuruan. “Namanya super tax deduction yang saya kira bisa dimanfaatkan. Sehingga ada mutual partnership, di antara keduanya bisa saling menguntungkan,” ujar Sesjen Kemendikbud.
Presiden Direktur PT. Daikin Airconditioning Indonesia, Ching Kim Huat, menyatakan bisnis utama perusahaannya adalah bidang pendingin udara yang berasal dari Jepang. Perusahaan yang berusia 95 tahun ini berada di Indonesia sejak tahun 1970 melalui distributor lokal. Pada tahun 2012 Daikin Jepang memutuskan mendirikan perusahaan di Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan ASEAN dan diprediksi menjadi salah satu dari empat terbesar di dunia. Namun, penetrasi pasar pendingin udara di Indonesia masih berkisar 25 persen. Maka pengembangan pasar di Indonesia menjadi target utama yang harus didukung salah satunya oleh para teknisi yang berkualifikasi untuk mendukung peningkatan kepuasan pelanggan.
Keterampilan teknisi dalam memasang pendingin udara menjadi salah satu tantangan besar bagi merek pendingin udara Daikin. Tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas pekerjaan. “Ada banyak kasus di mana pemasang atau installer AC belajar langsung di lapangan, mendapatkan pendidikan formal dari lembaga atau sekolah yang berkualitas,” tutur Ching Kim Huat.
Komitmen Daikin dalam peningkatan kualitas teknisi dan pemasang pendingin udara diwujudkan dengan mendirikan pusat pelatihan nasional pada tahun 2018. Pusat pelatihan yang berdiri di Jakarta Utara disebut Ching telah melatih lebih dari 10.000 teknisi dan terdaftar sebagai tempat uji kompetensi dari Lembaga Sertifikasi Profesi Teknik Pendingin dan Tata Udara (LSP-TPTU) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), serta merupakan pusat pelatihan teknik pendingin dan tata udara paling komprehensif di Indonesia.
“Kami ingin mengundang seluruh guru dan pelatih di Kemendikbud untuk datang ke pusat pelatihan kami untuk pelatihan dan mendiskusikan road map perencanaan masa depan untuk pelajar khususnya di SMK,” ajak Ching Kim Huat.
Saat ini tercatat sebanyak 75 SMK yang membuka kompetensi keahlian teknik pendingin dan tata udara di seluruh Indonesia dengan jumlah peserta didik sebanyak 5.400 siswa. Menurut Direktur Pembinaan SMK, M. Bakrun, kerja sama dengan PT. Daikin menjadi sangat strategis untuk meningkatkan minat calon siswa SMK, serta meningkatkan produktivitas alumni SMK.
“Sehingga harapan kami sertifikat yang dikeluarkan nanti di tingkat regional maupun internasional juga bisa diakui,” tutur M Bakrun.
Dijelaskan Direktur Pembinaan SMK, saat ini sebanyak 25 SMK telah bekerja sama dengan PT. Daikin Airconditioning Indonesia.Tersebar di wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua. “Melalui penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama ini, kami harap cakupan SMK pelaksana kerja sama akan diperluas ke seluruh SMK yang membuka kompetensi keahlian teknik pendingin udara dan tata udara,” kata M Bakrun.
Kerja sama antara Kemendikbud dengan PT. Daikin Airconditioning Indonesia meliputi 1) Penyelarasan kurikulum bidang teknik pendingin dan tata udara; 2) Peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan; 3) Penyediaan dukungan sarana praktik; 4) Program guru tamu di SMK secara periodik; 5) Pelaksanaan praktik kerja lapangan bagi siswa SMK; 6) Pelaksanaan sertifikasi kompetensi bagi guru dan siswa SMK; 7) Pelaksanaan rekrutmen lulusan SMK, dan; 8) Pengembangan kewirausahaan.
Budi Mulia, Direktur Keuangan dan Operasional PT. Daikin Airconditioning Indonesia, mengungkapkan keinginan perusahaannya untuk menghadirkan wirausaha muda bidang pemasangan pendingin udara dari alumni SMK. Dengan kerja sama pelatihan teknisi pendingin udara di SMK, maka diharapkan akan semakin banyak alumni SMK yang menjadi mitra PT. Daikin dalam pemasangan produknya, baik di gedung komersial maupun rumah tangga.
“Nantinya mereka bisa menjadi wirausaha-wirausaha yang tentunya bekerja sama dengan kita. Salah satunya menjadi sub con untuk pemasangan produk kita di seluruh Indonesia,” ujar Budi Mulia. (jpp)