Indovoices.com- Bak petir di siang bolong, pada Kamis (10/10/2019), publik dikejutkan dengan insiden penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto oleh orang tak dikenal di alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Menko Polhukam yang pada saat kejadian mengenakan batik hijau lengan panjang dan peci sedang bersalaman dengan petugas kepolisian yang berdiri di hadapannya untuk menyambut.
Namun, tiba-tiba dari belakang polisi tersebut berdiri seorang pria tak dikenal berkemeja hitam dan bercelana panjang putih yang langsung membalikkan badan sejajar dengan Wiranto dan menghunuskan benda tajam, yang kemudian diketahui berupa kunai (sejenis pisau ninja), ke perut Menko Polhukam.
Menko Polhukam pun tampak terhuyung dan jatuh di sekitar kerumunan orang yang menyambut dan sedang memfoto. Sontak, pascakejadian beredar banyak sekali foto terkait penusukan ini.
Ada foto yang menggambarkan Menko Polhukam dengan perban menutupi luka di perut bagian kirinya sedang diangkut dengan tandu di rumah sakit, di mana dikabarkan ia dirawat di RSUD setempat.
Kemudian ada juga foto yang memperlihatkan wajah terduga penusuk yang duduk di lantai sembari kakinya selonjoran dan dengan tangan terikat, yang mana penusuknya sudah diamankan oleh pihak berwajib.
Penusukan atas Menko Polhukam ini pun menjadi bukti nyata bahwa ancaman pembunuhan terhadap sejumlah pejabat negara adalah benar adanya.
4 Pejabat Negara Jadi Target
Sebelumnya, dalam jumpa pers di Media Center Kemenko Polhukam pada 28 Mei 2019 lalu, Menko Polhukam didampingi sejumlah kepala lembaga pertahanan dan keamanan menyebutkan bahwa ada ancaman pembunuhan terhadap empat pejabat negara, yakni terhadap dirinya, Luhut B Panjaitan (Menko Kemaritiman), Budi Gunawan (Kepala BIN), dan Gories Mere (Stafsus Presiden bidang intelijen dan keamanan).
Mantan Panglima ABRI itu juga menyebutkan tidak hanya empat pejabat negara yang mendapatkan ancaman untuk dibunuh, melainkan ada pejabat lain yang mendapatkan ancaman serupa.
“Memang yang diancam tidak hanya empat orang, ada pejabat-pejabat lain yang juga diancam seperti yang saya alami. Tapi, saya kira, kita tidak perlu surut dengan ancaman itu,” kata Menko Polhukam kala itu.
Saat itu, publik sedang digemparkan dengan pengungkapan dari Polri dan pihak intelejen yang berhasil meringkus enam tersangka pemilik senjata api, yaitu HK alias Iwan, AZ, IR, TJ, AD, dan seorang wanita berinisial AF alias Fifi.
Mereka merupakan kelompok ketiga yang sebelumnya disebut-sebut menunggangi aksi massa pada 21-22 Mei di Jakarta. Seluruhnya ditangkap secara estafet di wilayah Jakarta, Bogor, dan Bandara Soekarno-Hatta, pada 21 dan 24 Mei 2019.
Saat itu, Menko Polhukam dan pejabat lainnya akan tetap teguh dalam menegakkan kebenaran dan menegakkan keamanan nasional.
“Memang rencana pembunuhan kepada pejabat itu kan ditujukan atau dimaksud untuk memberikan rasa takut agar pejabat yang bersangkutan kemudian mengurangi aktivitasnya, lemah. Tetapi kita tidak seperti itu,” tegas Menko Polhukam.
Ia menambahkan, meskipun ada ancaman pembunuhan atas dirinya dan sejumlah pejabat lainnya, dia akan tetap bekerja keras sesuai dengan prosedur yang ada. “Orientasi kami adalah mengamankan keselamatan negara,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolri juga mengungkapkan bahwa soal ancaman pembunuhan terhadap sejumlah pejabat negara itu berdasarkan berita acara pemeriksaan (BAP) terhadap para tersangka yang ditahan polisi.
“Dasar kami sebenarnya hanya BAP yang resmi. Hasil pemeriksaan para tersangka yang sudah kita tangkap. Jadi bukan informasi intelijen,” kata Kapolri.
Kini. ancaman itu pun menjadi realita dengan terjadinya aksi penusukan kepada Menko Polhukam di Pandeglang. Ketika ancaman pembunuhan itu diungkapkan pada Mei lalu, ada isu yang menyebutkan bahwa informasi tersebut hanya lah rekayasa.
Kapolri pun menepis isu itu. Ia menegaskan kerja penyidik bisa dipertanggungjawabkan. “Saya ingin klarifikasi lagi karena adanya mulai ada isu-isu yang menyatakan bahwa penangkapan-penangkapan yang kita lakukan berkaitan dengan senjata, kemudian keterangan pers dari Kadiv Humas Polri dan Kapuspen TNI, adanya rencana pembunuhan itu rekayasa,” tegas Kapolri.
Seruan Melawan Radikalisme dan Terorisme
Pada kesempatan yang berbeda, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk turut memerangi radikalisme dan terorisme yang masih ada dan hidup di Tanah Air ini.
“Kepada masyarakat, kami ajak bersama-sama memerangi radikalisme, memerangin terorisme, yang ada di Tanah Air kita. Hanya dengan upaya kita besama, terosisme dan radikalisme bisa kita selesaikan dan kita berantas dari negara yang kita cintai ini,” tuturnya dalam konferensi pers usai menjenguk Menko Polhukam Wiranto yang sedang dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Hal tersebut Kepala Negara sampaikan menanggapi insiden penusukan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang terjadi di Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).
Pada kesempatan tersebut, dirinya mengaku telah menginstruksikan para kepala lembaga pertahanan dan keamanan negara untuk mengusut tuntas kasus penusukan tersebut.
“Saya tadi siang sudah perintahkan kepada Kapolri, Kepala BIN, didukung TNI untuk mengusut tuntas dan menindak tegas pelaku dan seluruh jaringan yang terkait peristiwa tadi siang,” tegasnya.
Menurut Presiden, saat ini Menko Polhukam Wiranto sedang dalam proses operasi.
“Masih dalam penanganan tim dokter di RSPAD, dalam proses operasi. Dan pada kesempatan ini saya mohon doa restu seluruh masyarakat Indonesia agar beliau segera diberikan kesembuhan, cepat kembali pulih,” ungkapnya.
Berkaca pada penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto ini, sehari berselang, Presiden Joko Widodo mengaku sudah memerintahkan kepada Kapolri agar diberikan penambahan pengamanan untuk para pejabat pemerintahan.
“Meskipun sudah ada tetapi diberikan tambahan pengamanan agar peristiwa yang terjadi pada Menko Polhukam Bapak Wiranto tidak terulang lagi,” kata Presiden saat menjawab wartawan usai kembali mengunjungi Menko Polhukam Wiranto yang sedang dirawat di Paviliun Kartika, RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (11/10/2019) siang.
Sebagaimana diketahui, Menko Polhukam Wiranto ditusuk oleh terduga teroris saat turun dari mobil yang ditumpanginya di alun-alun Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) siang.
Mengenai kondisi Menko Polhukam Wiranto sendiri, Presiden bersyukur kondisinya sudah stabil, semakin baik, dan bisa berkomunikasi.
“Sudah berbicara dengan saya tadi. Pak saya ingin segera pulang, ikut Ratas (Rapat Terbatas) lagi. Sudah menyampaikan, artinya kondisinya sudah semakin baik,” ungkap Presiden.
Kepala Negara pun mengajak masyarakat untuk berdoa bersama agar Menko Polhukam Wiranto segera diberikan pemulihan dan kesembuhan secepat-cepatnya. (jpp)