Indovoices.com-Menag Fachrul Razi menyebut bahwa Pemerintah Saudi sedang gencar dalam penguatan moderasi beragama. Saudi tengah mengembangkan visi 2030 yang salah satunya terkait dengan penguatan relasi Islam dan negara.
“Moderasi Beragama sudah dilakukan di negara Timur Tengah. Saudi mulai bicara identitas nasional. Mereka mulai berpikir bagaimana konsep Islam bersatu dengan penguatan identitas nasional,” ujar Menag saat berbicara pada forum Silaknas Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Auditorium Universitas Negeri Padang.
Ikut mendampingi, Karo Umum Syafrizal, Kakanwil Kemenag Sumbar Hendri, Rektor UIN Imam Bonjol Eka Putra Wirman, dan Sesmen Khairul Huda Basyir. “Kalau di kita mungkin terkait penguatan wawasan kebangsaan dan keagamaan,” sambungnya.
Menag baru saja kembali dari Arab Saudi dalam rangka penandatanganan MoU Penyelenggaraan Haji 1441H/2020M. Dalam kesempatan itu, Menag sempat mendengar penjelasan Wakil Menteri Haji dan Umrah tentang visi 2030 Arab Saudi.
Menurut Menag, Saudi memiliki mimpi di 2030 yang dibangun atas tiga pilar, yaitu: ambisi bangsa, ekonomi yang tumbuh, serta masyarakat yang bersemangat. Ada dua unsur penting dalam pilar ketiga, yaitu: memenuhi kebutuhan dan kesehatan, serta penguatan identitas keislaman dan nasional. “Saudi tengah mengembangkan, bagaimana penguatan identitas Islam dan nasional dijadikan satu paket,” tegas Menag.
Menurut Menag, dinamika di Arab Saudi adalah bagian dari potret bangsa merespon dinamika sosial. Hal sama perlu dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan itu, Menag mengajak ICMI terdepan dalam menguatkan relasi agama dan negara. “Saya ingin menitipkan gagasan-gagasan penting the fouding father bangsa, yaitu membangun Indonesia yang bisa menyelaraskan antara Islam di satu sisi dan negara di sisi yang lain dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tutur Menag.
“Nilai-nilai Islam mampu berkembang dengan baik walau kita bukan negara agama,” sambungnya.
Menag berpesan, ICMI juga harus menjadi katalisator dan berdiri di garda terdepan agar dakwah Islam mengedepankan misi agama yang rahmatan lil alamin. Model dan pendekatan dakwah, yang rigid dan keras kiranya tidak relevan dengan situasi dan kondisi bangsa apalagi generasi milenial Indonesia. (jpp)