Indovoices.com –Pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali diterapkan di DKI Jakarta dinilai akan berkontribusi terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Bahkan pada 2020, pertumbuhan ekonomi nasionaldiprediksi minus 2,2 persen.
Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Republik Indonesia Eric Sugandi mengatakan Jakarta memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Menurutnya, DKI Jakarta berkontribusi sekitar 16 persen dari GDP Indonesia.
“Tentu ada trade off-nya (pengetatan PSBB) ke pertumbuhan ekonomi karena aktivitas ekonomi akan melambat. Tapi saya lihat PSBB di Jakarta ini memang perlu agar wabahnya bisa terkendali, karena trennya terus meningkat,” kata dia, Senin, 14 September 2020.
Ia menambahkan, jika pertumbuhan ekonomi di Jakarta berkontraksi, maka dampaknya negatif pada pertumbuhan ekonomi nasional. Namun kalaupun tidak dilakukan pengetatan PSBB, akan ada biaya yang harus dibayar pemerintah karena kasus covid-19 bisa meningkat.
“Tapi sekali lagi, langkah ini perlu dilakukan agar wabahnya bisa terkendali. Pengendalian penyebaran wabah dari Jakarta ke daerah dan sebaliknya mesti dilakukan, sambil menunggu vaksin dan vaksinasi massal. Yang perlu diingat adalah ada biaya ekonomi juga jika tidak memberlakukan PSBB,” jelas dia.
Oleh karena itu, Eric menyebut, pemerintah perlu mempercepat realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Bukan hanya pemerintah pusat, tapi pemerintah daerah juga perlu mengantisipasi dampak pengetatan PSBB terhadap perekonomian di daerah tersebut.
“Apa yang bisa dilakukan pemerintah Kebijakan pemerintah sudah ada di PEN, tinggal bagaimana mempercepat penyalurannya. Jika ada dananya, pemda DKI Jakarta perlu berikan BLT untuk rumah tangga-rumah tangga miskin dan bantuan dana untuk UMKM,” pungkasnya. (msn)