Indovoices.com-Pengembangan pendidikan sistem ganda (PSG) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), Pemerintah Daerah (Pemda) dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pembinaan SMK (PSMK), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, M. Bakrun pada Seminar Sistem Ganda yang diselenggarakan bersama dengan Kamar Dagang Industri (Kadin) dan IHK Trier (Kadin Jerman), di gedung E, Kemendikbud Jakarta.
“Dukungan dari pemangku kepentingan terkait belum masif, sehingga masih banyak lulusan SMK dianggap belum siap bekerja. Setelah ada DUDI yang mencoba mempekerjakan lulusan tersebut baru DUDI lain percaya bahwa mereka siap,” ujar M. Bakrun.
Ia menjelaskan penyesuaian kurikulum sudah dilakukan oleh Direktorat PSMK, termasuk melakukan kerja sama dengan DUDI.
“Sekitar 160 SMK sudah bekerja sama dalam pelaksanaan praktik kerja industri di bidang perhotelan, namun permasalahannya adalah dukungan dari pemangku kepentingan terkait (belum banyak),” jelas Bakrun.
Prinsip pengembangan pendidikan sistem ganda SMK adalah belajar sambil bekerja, di mana kegiatan pembelajaran harus banyak memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melakukan kerja praktik di DUDI dalam mencapai kompetensinya. “Porsi komposisi waktu, 30 persen di SMK dan 70 persen di DUDI,” tambahnya.
Koordinator Program IHK Trier (Kadin Jerman), Andreas Goesche mengatakan, penerapan vokasi pendidikan sistem ganda dapat mengembangkan kompetensi SDM dengan belajar di industri. Sebab, dengan sistem ganda maka akan ada dua tempat pembelajaran, yakni di sekolah dan industri.
“Industri harus menjadi tempat belajar para siswa SMK. Sekolah mempunyai kurikulum inti, tetapi DUDI harus ikut menentukan isi kurikulum pendidikan kejuruan, pelatihan kerja di industri harus diselarakan dengan pembelajaran di sekolah,” ucapnya.
Adaptasi dari Jerman
Sistem PSG di Indonesia merupakan adaptasi dari vokasi sistem ganda di Jerman setelah Presiden Jokowi bertemu dengan Kanselir Jerman tiga tahun yang lalu. “Kita ingin mengacu pada vokasi sistem ganda dari Jerman untuk menekan tingkat pengangguran lulusan SMK di Indonesia, ” tutur Wakil Ketua Umum Kadin, Antonius Joenoes Supit dalam paparannya.
Menurut Antonius, dua pilar utama dalam vokasi adalah pendidikan dan industri. Pendidikan diharapkan bertanggung jawab menciptakan serta mendidik tenaga terampil siap kerja. “Saat ini tugas kita adalah menyosialisasikan dan meyakinkan DUDI untuk merekrut pekerja dari SMK,” tambahnya lagi.
Selain itu, SMK harus dapat mengidentifikasi DUDI di lingkungannya dengan membuka program sesuai dengan kebutuhan industri di daerahnya.
Diharapkan dengan adanya sinergi dari berbagai pihak terkait, pengembangan pendidikan sistem ganda SMK di Indonesia menghasilkan pengalaman belajar dan berlatih praktik siswa SMK yang sesuai dengan tuntutan DUDI dan persaingan kompetensi masa depan yang penuh dengan tantangan.(jpp)