Indovoices.com –Dengan menggandeng tim kajian dari Universitas Indonesia (UI), Pemkab Brebes akan menjadikan Dukuh Maribaya, Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, sebagai kebun raya hutan tropis. Rencananya, kebun raya tersebut berlokasi sekitar ladang rumput sekitar budidaya sapi Jabres.
Hal tersebut terungkap dalam kunjungan tim kajian UI bersama Bupati Brebes, Hj Idza Priyanti di rencana lokasi kebun raya yakni Dukuh Maribaya Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, Rabu (10/3/2021).
Idza menuturkan, kebun raya dipandang sebagai salah satu solusi dalam upaya menangani permasalah lingkungan dan juga kesehatan, hingga pada muaranya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. “Kita berharap, keinginan masyarakat in bisa tercapai,” ungkapnya.
Bupati mengungkapkan, total lahan yang dipersiapkan untuk kebun raya ada 200 hektare di wilayah Maribaya ini. Pihaknya yakin akan dapat dimanfaatkan untuk mengakselerasikan program Pemkab Brebes berbasis pemanfaatan sumber daya alam.
“Dari 100 hektare telah dimanfaatkan sebagai ladang penggembalaan sapi Jabres. Sisanya kita bisa manfaatkan untuk pembuatan kebun raya ini,” terangnya.
Adapun peran tim ahli dari UI sebagai tim pengkaji. Tim tersebut telah beberapa kali berhasil membangun kebun raya di Kuningan. “Kita lakukan pengkajian bersama, sharing pengetahuan, sejauhmana wilayah Maribaya ini bisa dimanfaatkan sumber daya alamnya. Sehingga bisa menciptakan multi efek tingkat kesejahteraan masyarakat pada akhirnya,” jelas Idza.
Koordinator tim kajian dari UI, Dr Tarsoen Waryono mengungkapkan, kebun raya di Maribaya ini berbeda dengan apa yang ada di kaki gunung Cermai (Kuningan), maupun sekitar Baturaden (Banyumas). Menurutnya, Brebes punya cukup banyak sumber daya alam unggulan yang bisa dikembangkan.
“Seperti hutan wisata mangrove di pesisir, ke selatan dibangun kawasan hijau yang dikombinasi dengan mix farming yakni kebun raya hutan hujan tropis Jawa Tengah. Ini sangat bagus,” kata Tarsoen.
Pohon yang dapat dikembangkan lanjut Tarsoen adalah pohon asli yang ada di wilayah setempat atau Jateng. Ia menuturkan, Jateng sendiri sudah terkenal dengan hutan tropis purba. “Keberadaan hutan tropis purba ini sisanya saat ini ada di Nusakambangan, lereng Gunung Muria dan Randublatung Blora,” ungkapnya.
Untuk konsepnya, lanjut dia ada empat tatanan di mana ada ekosistem daratan dan perairan. “Ekosistem perairan termasuk sawah kalau ada dan bisa ditanam beras hitam. Kemudian zona inti di situ minimal 1 hektar bisa untuk anggrek Jawa bukan hybrid, dan juga wilayah pendukung. Bisa menanam apa saja. Contoh di Baturaden, ada tiga jenis penjalin yang hampir punah,” terangnya.